Pages


widget

Kamis, 26 Februari 2015

Wanita yang Bekerja di Sektor Publik

Perempuan yang Bekerja di Sektor Publik
Lokasi: RT 04 RW 07 Kelurahan Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
Latar Belakang
            Gender adalah sebuah konstruksi sosial tentang relasi laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan oleh sistem dimana keduanya berada (Nugroho, 2008: 19). Laki-laki yang dikonstruksikan memiliki sifat kuat, rasional dan kasar seringkali ditempatkan pada ruang publik, sedangkan perempuan yang memiliki sifat lemah lembut dan emosional seringkali ditempatkan pada ruang domestik.
            Jika membicarakan masalah peran gender dalam perekonomian, ada beberapa hal menarik yang bisa dikaji di dalamnya. Seperti Ibu sebagai kepala rumah tangga, stay home father, perempuan bekerja di sektor publik, kesenjangan upah gender, pembagian kerja dalam perekonomian rumah tangga, dll. Namun, kami akan lebih mengfokuskan pada ‘perempuan bekerja di sektor publik’ sebagai topik bahasan yang akan kami bahas.
            Pada zaman dulu, ketika perempuan bekerja di ranah publik, seringkali menjadi pembicaraan di masyarakat, begitu pula sebaliknya apabila laki-laki bekerja di ranah domestic. Namun, seiring berjalannya waktu, lambat laun konstruksi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin mulai hilang. Dewasa ini banyak perempuan yang mulai menunjukkan kemampuannya di ranah public, terutama di sektor ekonomi. Begitu pula dengan laki-laki, banyak yang tinggal di rumah sebagai stay home father sementara isterinya bekerja untuk mencari nafkah.
             Meskipun mulai banyak perempuan yang bekerja di sektor publik, namun pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan kebanyakan masih berhubungan dengan pekerjaan domestik, hal ini dikarenakan akibat dari konstruksi masyarakat bahwa perempuan memiliki sifat lemah lembut dan teliti, sehingga perempuan lebih sesuai jika ditempatkan pada pekerjaan yang berhubungan dengan sektor domestic. Pekerjaan-pekerjaan tersebut seperti sekretaris, guru, bendahara, dll.
Teori/Konsep: Fungsionalisme Struktural Talcott parsons
            Dalam Ritzer (2012), fungsionalisme struktural Parsons tidak terlepas dari skema AGIL-nya yang terkenal. Parsons percaya bahwa ada empat imperative fungsional yang diperlukan bagi semua system. Keempat imperative fungsional itu dikenal dengan skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency). Agar dapat lestari, suatu system harus melaksanakan keempat fungsi tersebut.
1.      Adaptation: suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional eksternal. Sistem harus beradapatasi dengan lingkungannya dan mengadaptasikan lingkungan dengankebutuhan-kebutuhannya.
2.      Goal Attainment: suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3.      Integration: suatu sistem harus mengatuur antarhubungan bagian-bagian dari komponennya dan juga harus mengola hubungan di antara tiga imperative fungsional lainnya (A, G, L).
4.      Latency: suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbarui baik motivasi para individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu.
Parsons merancang skema AGIL untuk digunakan dalam semua level di dalam system teoretisnya, termasuk struktur sistem tindakan. System tindakan yang ditemukan parson adalah: organisasi behaviorial, Sistem kepribadian, Sistem sosial dan sistem budaya. Dalam asumsi-asumsi yang dibuat Parsons mengenai system tindakannya, kita menjumpai masalah ketertiban yang sangat dia perhatikan. Bagi parsons, system-sistem cenderung menuju ketertiban, atau keseimbangan (equilibrium) yang terpelihara sendiri (Ritzer, 2012: 412).
Equilibrium merujuk pada teori struktural fungsional dan konsesnsus, yang memiliki arti bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalamnya merupakan bagian masyarakat yang saling berketergantungan satu sama lain dan masing-masing memberikan kontribusinya kepada yang lainnya dalam mengoperasikan kegiatannya sesuai dengan fungsi yang dimiliki dalam masyarakat (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 241).           
Gambaran Kasus/Isu
            Pada zaman dulu, ketika budaya patriarki masih mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, perempuan yang bekerja di sektor public untuk mencari nafkah sering kali dipergunjingkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena pekerjaan mencari nafkah adalah tugas suami/laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Namun, lambat laun pola pikir tersebut mulai hilang. Saat ini banyak perempuan yang mulai bekerja di sektor public untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
            Seperti isu yang dialami oleh Bu Tinuk. Bu Tinuk memiliki banyak pekerjaan di sektor publik. Dia bekerja sebagai petugas sensus di Mitra Statistik, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Koperasi. Di Mitra Statistik, Bu Tinuk bekerja tiap satu atau dua tahun sekali,  kadang juga ketika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu), di PNPM sendiri Bu Tinuk memegang dua Kelurahan, sedangkan di Koperasi hanya Bu Tinuk hanya bekerja setiap akhir bulan.
Bu Tinuk merupakan seorang janda. Bu Tinuk bekerja untuk memenuhi kebutuhannya beserta anak-anaknya, dia sudah mulai bekerja semenjak suaminya masih hidup. Banyaknya pekerjaan yang dimiliki oleh Bu Tinuk tidak membuatnya melupakan pekerjaannya di rumah sebagai kepala sekaligus ibu rumah tangga, karena Bu Tinuk bisa memanajemenn waktu dengan baik. Disamping itu, ada beberapa pekerjaan Bu Tinuk yang bisa dikerjakan di rumha. Bu Tinuk hanya pergi ke kantor tiga kali dalam seminggu. Sebenarnya, sebagai seorang perempuan, Bu Tinuk merasa dengan banyak pekerjaan yang dimilikinya, dia merasa keberatan, namun, jika Bu Tinuk tidak bekerja maka tidak ada yang mencukupi kebutuhannya beserta anak-anaknya.
Aplikasi Konsep/Teori
Dalam konteks gender, teori struktural fungsional diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling memengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut dalam masyarakat (Megawangi, 1999: 56).
Bu Tinuk, sebagai seorang perempuan, jika melihat pada pola pikir masyarakat, maka seharusnya Bu Tinuk bekerja di sektor domestic sebagai ibu rumah tangga, melakukan tugas-tugas rumah tangga, seperti megurus anak-anak, dll. Namun, melihat dari kondisi Bu Tinuk yang tidak memungkinkan hanya bekerja di sektor domestic dan sengan kemampuannya bekerja pada sektor domestic, akhirnya Bu Tinuk memutuskan bekerja di sektor domestic untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, karena dia tidak memiliki suami yang seharusnya memiliki fungsi sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Akhirnya Bu Tinuk yang menggantikan fungsi seorang suami untuk mencari nafkah.
Teori struktural-fungsional tetap relevan jika diterapkan dalam masyarakat modern. Talcott Parsons menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar (Umar, 1999: 53). Dan jika salah satu pihak tidak bisa menjalankan fungsi atau perannya, maka perannya bisa digantikan oleh pihak lain yang mampu, meskipun kemudian pihak tersebut menjalankan peran ganda, seperti yang dialami Bu Tinuk. Kehidupan Bu Tinuk memang belum/tidak mencapai keseimbangan (equilibrium) karena kurangnya actor dalam rumah tangga yang seharusnya menjalankan fungsinya masing-masing, namun, Ibu Tinuk berusaha untuk mencapai keseimbangan tersebut dengan menjalankan dua peran sekaligus.
Gambaran Informan
Lusiana Tinuk Winarti adalah seorang janda yang mempunyai empat anak. Bu Tinuk sudah bekerja di public sebagai petugas sensus di Mitra Statistik, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Koperasi sejak tahun 2007. Suami Bu Tinuk meninggal dunia pada tahun 2014. Dengan begitu Bu Tinuk sudah bekerja di public sewaktu suaminya masih ada.
Pada awal Bu Tinuk bekerja, anak-anaknya masih mengeluh dengan pekerjaan yang dimiliki Bu Tinuk. Keluhan anak tersebut yang menyebabkan Bu Tinuk memilih bekerja dalam rumah. bekerja dalam rumah disini yang dimaksud adalah membawa pekerjaan (sensus, akutansi, dll) dan dikerjakan di rumah. sehingga sampai sekarang Bu Tinuk lebih banyak mengerjakan di rumah dan hanya seminggu berapa kali menyempatkan ke kantor. Dan kadang sebulan tiga kali dan kadang kala sebulan empat kali.
Kritik/Evaluasi Terhadap Kasus/Isu dan Teori/Konsep Serta Kekurangan/Kelebihan Analisis
            Kondisi Bu Tinuk yang tidak memiliki suami karena suaminya telah meninggal, mendorong Bu Tinuk untuk melakukan banyak pekerjaan untuk menopang perekonomian keluarganya. Meskipun sebagian pekerjaan Bu Tinuk bisa dilakukan di rumah, namun kesadaran Bu Tinuk akan fisiknya sebagai perempuan menyebabkan dirinya merasa terbebani dengan pekerjaan yang begitu banyak. Bu Tinuk tergolong dalam perempuan yang sudah modern. Tempat tinggalnya yang berada di wilayah suburban, memungkinkan Bu Tinuk untuk lebih mudah melakukan pekerjaan di sektor public, karena tidak ada tetangga atau masyarakat yang mempermasalahkannya. Perempuan bekerja di sektor publik sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat suburban, teurtama pada zaman yang sudah modern ini.
Teori struktural fungsional  berasumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling memengaruhi dan masing-masing status memiliki perannya masing-masing. Misalnya perempuan bekerja di sektor publik dan laki-laki bekerja di sektor domestik. Begitu pula dengan pola pikir masyarakat yang menganggap demikian. Padahal, sebenarnya peran dari laki-laki dan perempuan bisa dipertukarkan. Laki-laki bisa tinggal di rumah untuk melakukan aktifitas domestic, sedangkan perempuan pergi keluar untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan.
Pada zaman yang semakin modern, dan kaum perempuan semakin sadar akan pentingnya pendidikan, tidak menutup kemungkinan bahwa kemampuan yang dimiliki perempuan bisa lebih unggul daripada laki-laki. Sehingga perempuan memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan di sektor publik. Seperti yang dilakukan oleh Bu Tinuk, yang menggantikan peran suaminya untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarganya dan menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga.
Kekurangan/kelemahan dalam tulisan ini terletak dalam analisis mengenai keterkaitan antara teori structural fungsional dan isu/kasus yang penulis ambil. Penulis kurang bisa mengkaitkan antara  teori dan kasus, sehingga ada ketidakjelasan pada analisis dalam tulisan ini.
Simpulan

Daftar Pustaka
Megawangi, Ratna, 1999, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Mizan, Bandung
Ritzer, George, 2012, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009, Ilmu dan Apliksi Pendidikan: Pendidikan Teoritis, PT. Imperial Bhakti Utama, Bandung
Umar, Nasaruddin, 1999, Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al-Qur’an, Paramadina, Jakarta




Foto Kelompok


Diskusi Kelompok di Perpustakaan Universitas Brawijaya





1 komentar:

  1. MINAT PIN BB: 582F8501 HUB/SMS:0851-4515-5828 SPESIAL HARGA PROMO TERBARU & TERPERCAYA DI GUNUNG MAS PONSEL : Produk yang Kami Tawarkan Semuanya asli original, Ada Garansi Resmi Distributor. dan Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya. klik web resmi kami di http://gunungmas-phone.blogspot.com/
    Ready Stock ! Apple iphone 5 32GB Rp.2.500.000,-
    Ready Stock ! Apple iPhone 5S 32GB Rp.3.000.000,-
    Ready Stock ! Apple iPhone 6 plus 32gb Rp.4.000.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy E5 E500H Putih Rp.1.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy E7 E700H Putih Rp. 1.500.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy S5 Rp.2.000.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy S6 32GB Putih Rp.3.300.000
    Ready Stock ! Samsung L9100 Galaxy S2 - Black Rp.900.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 3 7.0-16GB-Putih Rp. 1.300.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 3 8.0-16GB-Putih Rp.1.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Note N7000 - Black Rp. 1.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 2 (7.0) Rp. 900.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 3 10.1-16GB-Putih Rp.1.500.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Note N7000 - Pink Rp.1.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Y S5360 GSM - Pure White Rp.400.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Note Edge 32GB-Hitam Rp. 2.700.000.
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Alpha SM-G850-32GB-Gold Rp. 2.000.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Grand 2-8GB-Putih Rp. 1.200.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Mega 6.3 l9200-16GB-Hitam Rp.1.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy A3 SM-A300H Rp.1.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy A5 SM-A500F Rp.2.000.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Ace G316-4GB-Hitam Rp.500.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy J1 SM-J100-4GB-Hitam Rp.700.000,-
    Ready Stock ! Samsung Galaxy Grand Prime SM-530H Rp.800.000
    Ready Stock ! Sony Xperia M4 Aqua-Putih Rp.1.900.000,-
    Ready Stock ! BlackBerry Z3-Hitam Rp.1.000.000,-
    Ready Stock ! Sony Xperia T2 Ultra Dual Sim-Putih Rp. 1.500.000,-
    Ready Stock ! BlackBerry Bold 9900 Dakota Rp.800.000,
    Ready Stock ! Blackberry Z30 16GB-Putih Rp.1.500.000,
    Ready Stock ! Sony Xperia Z3 Compact 16GB-Putih Rp. 2.500.000,-
    Ready Stock ! Blackberry bellagio 9790 Rp.700.000
    Ready Stock ! BlackBerry 9720 Samoa 512MB-Putih Rp.900.000,-
    Ready Stock ! BlackBerry Q5 8GB-Putih Rp.1.000.000,-
    Ready Stock ! Blackberry Q10 Putih Rp.1.500.000,-
    Ready Stock ! Blackberry Z10 16GB-Putih Rp.1.000.000,-

    BalasHapus