Perempuan
yang Bekerja di Sektor Publik
Lokasi: RT 04 RW 07 Kelurahan Candirenggo Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang
Latar
Belakang
Gender
adalah sebuah konstruksi sosial tentang relasi laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksikan oleh sistem dimana keduanya berada (Nugroho, 2008: 19).
Laki-laki yang dikonstruksikan memiliki sifat kuat, rasional dan kasar
seringkali ditempatkan pada ruang publik, sedangkan perempuan yang memiliki
sifat lemah lembut dan emosional seringkali ditempatkan pada ruang domestik.
Jika
membicarakan masalah peran gender dalam perekonomian, ada beberapa hal menarik
yang bisa dikaji di dalamnya. Seperti Ibu sebagai kepala rumah tangga, stay home father, perempuan bekerja di
sektor publik, kesenjangan upah gender, pembagian kerja dalam perekonomian
rumah tangga, dll. Namun, kami akan lebih mengfokuskan pada ‘perempuan bekerja
di sektor publik’ sebagai topik bahasan yang akan kami bahas.
Pada zaman
dulu, ketika perempuan bekerja di ranah publik, seringkali menjadi pembicaraan
di masyarakat, begitu pula sebaliknya apabila laki-laki bekerja di ranah
domestic. Namun, seiring berjalannya waktu, lambat laun konstruksi pembagian
kerja berdasarkan jenis kelamin mulai hilang. Dewasa ini banyak perempuan yang
mulai menunjukkan kemampuannya di ranah public, terutama di sektor ekonomi.
Begitu pula dengan laki-laki, banyak yang tinggal di rumah sebagai stay home father sementara isterinya
bekerja untuk mencari nafkah.
Meskipun mulai banyak perempuan yang bekerja
di sektor publik, namun pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan kebanyakan
masih berhubungan dengan pekerjaan domestik, hal ini dikarenakan akibat dari
konstruksi masyarakat bahwa perempuan memiliki sifat lemah lembut dan teliti,
sehingga perempuan lebih sesuai jika ditempatkan pada pekerjaan yang
berhubungan dengan sektor domestic. Pekerjaan-pekerjaan tersebut seperti
sekretaris, guru, bendahara, dll.
Teori/Konsep:
Fungsionalisme Struktural Talcott parsons
Dalam
Ritzer (2012), fungsionalisme struktural Parsons tidak terlepas dari skema
AGIL-nya yang terkenal. Parsons percaya bahwa ada empat imperative fungsional
yang diperlukan bagi semua system. Keempat imperative fungsional itu dikenal
dengan skema AGIL (Adaptation, Goal
Attainment, Integration, dan Latency).
Agar dapat lestari, suatu system harus melaksanakan keempat fungsi tersebut.
1.
Adaptation:
suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional
eksternal. Sistem harus beradapatasi dengan lingkungannya dan mengadaptasikan
lingkungan dengankebutuhan-kebutuhannya.
2.
Goal Attainment:
suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3.
Integration:
suatu sistem harus mengatuur antarhubungan bagian-bagian dari komponennya dan
juga harus mengola hubungan di antara tiga imperative fungsional lainnya (A, G,
L).
4.
Latency:
suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbarui baik motivasi para
individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu.
Parsons merancang skema AGIL untuk digunakan dalam
semua level di dalam system teoretisnya, termasuk struktur sistem tindakan.
System tindakan yang ditemukan parson adalah: organisasi behaviorial, Sistem
kepribadian, Sistem sosial dan sistem budaya. Dalam asumsi-asumsi yang dibuat
Parsons mengenai system tindakannya, kita menjumpai masalah ketertiban yang
sangat dia perhatikan. Bagi parsons, system-sistem cenderung menuju ketertiban,
atau keseimbangan (equilibrium) yang
terpelihara sendiri (Ritzer, 2012: 412).
Equilibrium merujuk pada teori struktural fungsional
dan konsesnsus, yang memiliki arti bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga sosial
yang ada di dalamnya merupakan bagian masyarakat yang saling berketergantungan
satu sama lain dan masing-masing memberikan kontribusinya kepada yang lainnya
dalam mengoperasikan kegiatannya sesuai dengan fungsi yang dimiliki dalam
masyarakat (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 241).
Gambaran
Kasus/Isu
Pada
zaman dulu, ketika budaya patriarki masih mengakar kuat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, perempuan yang bekerja di sektor public untuk mencari
nafkah sering kali dipergunjingkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena
pekerjaan mencari nafkah adalah tugas suami/laki-laki sebagai kepala rumah
tangga. Namun, lambat laun pola pikir tersebut mulai hilang. Saat ini banyak
perempuan yang mulai bekerja di sektor public untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
Seperti
isu yang dialami oleh Bu Tinuk. Bu Tinuk memiliki banyak pekerjaan di sektor
publik. Dia bekerja sebagai petugas sensus di Mitra Statistik, Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan
Koperasi. Di Mitra Statistik, Bu Tinuk bekerja tiap satu atau dua tahun
sekali, kadang juga ketika menjelang Pemilihan
Umum (Pemilu), di PNPM sendiri Bu Tinuk memegang dua Kelurahan, sedangkan di
Koperasi hanya Bu Tinuk hanya bekerja setiap akhir bulan.
Bu Tinuk merupakan seorang janda. Bu Tinuk bekerja
untuk memenuhi kebutuhannya beserta anak-anaknya, dia sudah mulai bekerja
semenjak suaminya masih hidup. Banyaknya pekerjaan yang dimiliki oleh Bu Tinuk
tidak membuatnya melupakan pekerjaannya di rumah sebagai kepala sekaligus ibu
rumah tangga, karena Bu Tinuk bisa memanajemenn waktu dengan baik. Disamping
itu, ada beberapa pekerjaan Bu Tinuk yang bisa dikerjakan di rumha. Bu Tinuk
hanya pergi ke kantor tiga kali dalam seminggu. Sebenarnya, sebagai seorang
perempuan, Bu Tinuk merasa dengan banyak pekerjaan yang dimilikinya, dia merasa
keberatan, namun, jika Bu Tinuk tidak bekerja maka tidak ada yang mencukupi
kebutuhannya beserta anak-anaknya.
Aplikasi
Konsep/Teori
Dalam konteks gender, teori struktural fungsional
diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi
bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling memengaruhi.
Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu
masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana
fungsi unsur-unsur tersebut dalam masyarakat (Megawangi, 1999: 56).
Bu Tinuk, sebagai seorang perempuan, jika melihat pada
pola pikir masyarakat, maka seharusnya Bu Tinuk bekerja di sektor domestic
sebagai ibu rumah tangga, melakukan tugas-tugas rumah tangga, seperti megurus
anak-anak, dll. Namun, melihat dari kondisi Bu Tinuk yang tidak memungkinkan
hanya bekerja di sektor domestic dan sengan kemampuannya bekerja pada sektor
domestic, akhirnya Bu Tinuk memutuskan bekerja di sektor domestic untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, karena dia tidak memiliki suami yang
seharusnya memiliki fungsi sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Akhirnya Bu
Tinuk yang menggantikan fungsi seorang suami untuk mencari nafkah.
Teori struktural-fungsional tetap relevan jika
diterapkan dalam masyarakat modern. Talcott Parsons menilai bahwa pembagian peran
secara seksual adalah suatu yang wajar (Umar, 1999: 53). Dan jika salah satu
pihak tidak bisa menjalankan fungsi atau perannya, maka perannya bisa
digantikan oleh pihak lain yang mampu, meskipun kemudian pihak tersebut
menjalankan peran ganda, seperti yang dialami Bu Tinuk. Kehidupan Bu Tinuk
memang belum/tidak mencapai keseimbangan (equilibrium)
karena kurangnya actor dalam rumah tangga yang seharusnya menjalankan fungsinya
masing-masing, namun, Ibu Tinuk berusaha untuk mencapai keseimbangan tersebut
dengan menjalankan dua peran sekaligus.
Gambaran
Informan
Lusiana Tinuk Winarti adalah seorang janda yang
mempunyai empat anak. Bu Tinuk sudah bekerja di public sebagai petugas sensus
di Mitra Statistik, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Koperasi sejak tahun 2007. Suami Bu Tinuk
meninggal dunia pada tahun 2014. Dengan begitu Bu Tinuk sudah bekerja di public
sewaktu suaminya masih ada.
Pada awal Bu Tinuk bekerja, anak-anaknya masih mengeluh
dengan pekerjaan yang dimiliki Bu Tinuk. Keluhan anak tersebut yang menyebabkan
Bu Tinuk memilih bekerja dalam rumah. bekerja dalam rumah disini yang dimaksud
adalah membawa pekerjaan (sensus, akutansi, dll) dan dikerjakan di rumah.
sehingga sampai sekarang Bu Tinuk lebih banyak mengerjakan di rumah dan hanya seminggu
berapa kali menyempatkan ke kantor. Dan kadang sebulan tiga kali dan kadang
kala sebulan empat kali.
Kritik/Evaluasi
Terhadap Kasus/Isu dan Teori/Konsep Serta Kekurangan/Kelebihan Analisis
Kondisi
Bu Tinuk yang tidak memiliki suami karena suaminya telah meninggal, mendorong
Bu Tinuk untuk melakukan banyak pekerjaan untuk menopang perekonomian
keluarganya. Meskipun sebagian pekerjaan Bu Tinuk bisa dilakukan di rumah,
namun kesadaran Bu Tinuk akan fisiknya sebagai perempuan menyebabkan dirinya
merasa terbebani dengan pekerjaan yang begitu banyak. Bu Tinuk tergolong dalam
perempuan yang sudah modern. Tempat tinggalnya yang berada di wilayah suburban,
memungkinkan Bu Tinuk untuk lebih mudah melakukan pekerjaan di sektor public,
karena tidak ada tetangga atau masyarakat yang mempermasalahkannya. Perempuan
bekerja di sektor publik sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi
masyarakat suburban, teurtama pada zaman yang sudah modern ini.
Teori struktural fungsional berasumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas
beberapa bagian yang saling memengaruhi dan masing-masing status memiliki
perannya masing-masing. Misalnya perempuan bekerja di sektor publik dan
laki-laki bekerja di sektor domestik. Begitu pula dengan pola pikir masyarakat
yang menganggap demikian. Padahal, sebenarnya peran dari laki-laki dan
perempuan bisa dipertukarkan. Laki-laki bisa tinggal di rumah untuk melakukan
aktifitas domestic, sedangkan perempuan pergi keluar untuk bekerja demi
memenuhi kebutuhan.
Pada zaman yang semakin modern, dan kaum perempuan
semakin sadar akan pentingnya pendidikan, tidak menutup kemungkinan bahwa
kemampuan yang dimiliki perempuan bisa lebih unggul daripada laki-laki.
Sehingga perempuan memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan
di sektor publik. Seperti yang dilakukan oleh Bu Tinuk, yang menggantikan peran
suaminya untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarganya dan
menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga.
Kekurangan/kelemahan dalam tulisan ini terletak dalam
analisis mengenai keterkaitan antara teori structural fungsional dan isu/kasus
yang penulis ambil. Penulis kurang bisa mengkaitkan antara teori dan kasus, sehingga ada ketidakjelasan
pada analisis dalam tulisan ini.
Simpulan
Daftar
Pustaka
Megawangi, Ratna, 1999, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru
tentang Relasi Gender, Mizan, Bandung
Ritzer, George, 2012, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tim Pengembangan Ilmu
Pendidikan FIP-UPI, 2009, Ilmu dan
Apliksi Pendidikan: Pendidikan Teoritis, PT. Imperial Bhakti Utama, Bandung
Umar, Nasaruddin, 1999, Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al-Qur’an, Paramadina,
Jakarta
Foto
Kelompok
![]() |
Diskusi Kelompok di Perpustakaan Universitas Brawijaya |
MINAT PIN BB: 582F8501 HUB/SMS:0851-4515-5828 SPESIAL HARGA PROMO TERBARU & TERPERCAYA DI GUNUNG MAS PONSEL : Produk yang Kami Tawarkan Semuanya asli original, Ada Garansi Resmi Distributor. dan Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya. klik web resmi kami di http://gunungmas-phone.blogspot.com/
BalasHapusReady Stock ! Apple iphone 5 32GB Rp.2.500.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 5S 32GB Rp.3.000.000,-
Ready Stock ! Apple iPhone 6 plus 32gb Rp.4.000.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy E5 E500H Putih Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy E7 E700H Putih Rp. 1.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy S5 Rp.2.000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy S6 32GB Putih Rp.3.300.000
Ready Stock ! Samsung L9100 Galaxy S2 - Black Rp.900.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 3 7.0-16GB-Putih Rp. 1.300.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 3 8.0-16GB-Putih Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note N7000 - Black Rp. 1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 2 (7.0) Rp. 900.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy Tab 3 10.1-16GB-Putih Rp.1.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note N7000 - Pink Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy Y S5360 GSM - Pure White Rp.400.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Note Edge 32GB-Hitam Rp. 2.700.000.
Ready Stock ! Samsung Galaxy Alpha SM-G850-32GB-Gold Rp. 2.000.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Grand 2-8GB-Putih Rp. 1.200.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Mega 6.3 l9200-16GB-Hitam Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy A3 SM-A300H Rp.1.500.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy A5 SM-A500F Rp.2.000.000
Ready Stock ! Samsung Galaxy Ace G316-4GB-Hitam Rp.500.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy J1 SM-J100-4GB-Hitam Rp.700.000,-
Ready Stock ! Samsung Galaxy Grand Prime SM-530H Rp.800.000
Ready Stock ! Sony Xperia M4 Aqua-Putih Rp.1.900.000,-
Ready Stock ! BlackBerry Z3-Hitam Rp.1.000.000,-
Ready Stock ! Sony Xperia T2 Ultra Dual Sim-Putih Rp. 1.500.000,-
Ready Stock ! BlackBerry Bold 9900 Dakota Rp.800.000,
Ready Stock ! Blackberry Z30 16GB-Putih Rp.1.500.000,
Ready Stock ! Sony Xperia Z3 Compact 16GB-Putih Rp. 2.500.000,-
Ready Stock ! Blackberry bellagio 9790 Rp.700.000
Ready Stock ! BlackBerry 9720 Samoa 512MB-Putih Rp.900.000,-
Ready Stock ! BlackBerry Q5 8GB-Putih Rp.1.000.000,-
Ready Stock ! Blackberry Q10 Putih Rp.1.500.000,-
Ready Stock ! Blackberry Z10 16GB-Putih Rp.1.000.000,-