Pages


widget

Kamis, 26 Februari 2015

Ekonomi Informal Kabupaten Gresik

Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart (1991) dengan
menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di
luar pasar tenaga yang terorganisasi.[1]
Sektor informal dapat dibagi menjadi dua, yaitu sektor informal sah dan sektor informal tidak sah. Sektor informal sah meliputi: usaha pertanian, kontraktor bangunan, perumahan, transportasi, pedagang kaki lima, pengemis, dll. Sedangkan sektor informal tidak sah melipiti: perdagangan gelap, penyelundupan, pencurian, pelacuran, dll.s
Dalam sektor ekonomi informal, tidak ada lembaga yang menaunginya. Para pelaku sektor ekonomi informal berkerja secara bebas tanpa terikat aturan apapun, sehingga pekerja , bebas keluar masuk pekerjaan karena tidak adanya kontrak yang mengikat, pekerja juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja yang menjaminnya. Pola kegiatan usaha yang dilakukan tidak teratur dan tidak terspesialisasi seperti pada sektor ekonomi formal, sehingga seorang pekerja bisa melakukan beberapa pekerjaan. Sektor ekonomi informal bersifat bebas dari campur tangan pemerintah, dalam artian sektor ini tidak memperoleh bantuan dari pemerintah dan menggunakan modal sendiri, sehingga modal yang dimiliki sektor ekonomi informal tergolong rendah, dan penggunaan teknologinya pun masih sangat sederhana. Karena sektor ini bersifat informal, maka dalam perekrutan pekerja tidak membutuhkan pendidikan formal, anggota bisa berasal dari mana saja, baik pekerja maupun keluarga sendiri. Karena modal awal yang digunakan tergolong rendah, maka produksi barang yang dihasilkan hanya diperuntukkan bagi kelas menengah ke bawah. Produk yang dihasilkan bisa berupa makanan ringan, makanan khas suatu daerah, kerajinan tangan, dll.
Dalam prakteknya, sektor ekonomi informal hanya bergantung pada modal sosial yang lebih dispesifikan menjadi kepercayaan, jaringan dan norma. Jaringan tersebut erat kaitannya dengan hubungan sosial yang terjalin antarpelaku ekonomi informal. Jaringan tersebut adalah jaringan yang terdiri dari sejumlah kategori, misalnya perekrutan yang didasarkan pada hubungan kekerabatan, etnis dan pertemanan. Kepercayaan berhubungan dengan system pemasaran dan penjualan barang-barang produksi, dimana pembeli percaya bahwa kualitas barang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh penjual. Sedangkan moral dijadikan sebagai pedoman bagi pelaku ekonomi untuk bertindak. Modal sosial tersebut menjadi alat perlindungan yang dapat dipakai ketika industry mengalami masa sulit.
Salah satu kota yang memiliki banyak sektor ekonomi informal di daerahnya adalah Kota atau Kabupaten Gresik. Gresik memang bukan tempat yang cocok jika dijadikan daerah untuk pengembangan sektor pertanian, meskipun ada beberapa wilayah yang memiliki tanah sangat subur, maka dari itu untuk menopang perekonomian Gresik dijadikan Kota Industri, khususnya industry perumahan. Sektor ekonomi informal yang sangat berpengaruh di Kabupaten Gresik adalah sektor industry perumahan, seperti makanan khas dan barang-barang kerajinan Kemunculan banyaknya sektor ekonomi informal industry perumahan ini disebabkan karena banyaknya tempat wisata, terutama wisata religi di Kabupaten Gresik. Sehingga peluang keberhasilan dalam penjualan hasil produksi sangat besar, namun persaingannya pun tentunya juga cukup sulit, karena banyaknya kemunculan industry perumahan tersebut. Dengan banyaknya industry perumahan yang didirikan di Gresik, maka terdapat dampak yang ditimbulkan dari industry tersebut. Dampak yang dirasakan adalah penyerapan tenaga kerja yang sangat banyak sehingga membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat sekitar rumah produksi. Sektor usaha ini menggunakan teknologi yang masih sangat sederhana, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
Pendapatan pekerja dalam industry perumahan memang tergolong rendah, tidak seperti pekerja pada sektor ekonomi formal, upah yang diterima bukan berupa gaji tetap yang diterima setiap bulannya seperti Upah Minimum Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah, karena penghasilan pekerja informal lepas dari campur tangan pemerintah. Upah yang diterima pekerja dihitung perhari, perminggu, perbulan atau tergantung pada berapa jumlah barang yang dihasilkan. Namun pendapatan tersebut tetap dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan dapat membantu perekonomian di Kabupaten Gresik. Pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik mengalami peningkatan sekitar 0,43%, hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor ekonomi informal mengalami peningkatan yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Banyaknya penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh kebutuhan rumah industry akan tenaga kerja. Industry rumahan bersifat padat karya dan penggunaan teknologi masih sangat sederhana, sehingga dibutuhkan tenaga kerja  yang cukup banyak untuk menghasilkan barang. Banyaknya masyarakat yang berminat untuk bekerja di sektor ekonomi informal disebabkan karena calon pekerja tidak perlu berurusan dengan system birokrasi yang berbelit-belit seperti pada sektor ekonomi formal. Calon pekerja tidak dituntut memiliki standar pendidikan tertentu, sehingga semua golongan bisa masuk ke dalam sektor ekonomi informal.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota atau Kabupaten Gresik tergolong banyak. Salah satu implementasinya adalah dalam bentuk industry rumahan. Industry rumahan di Kota atau Kabupaten Gresik bekerja dalam bidang menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat sebagai oleh-oleh, karena Gresik merupakan Kota dengan banyak tempat wisata, khususnya wisata religi. Produk-produk yang dihasilkan biasanya berupa krupuk ikan, makanan atau jajanan khas Gresik, kerajinan tangan, dll.
Seperti pada UMKM di kota lain, UMKM di Gresik juga kurang mendapatkan perhatian pemerintah. Pemerintah lebih mengutamakan sektor formal karena menuruutnya lebih memberikan pengaruh terhadap perekonomian daerah. Dengan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam permodalan, maka UMKM tidak bisa berkembang dan tetap stuck. Modal yang digunakan sebagai modal awal tergolong rendah, sehingga barang-barang yang dihasilkan hanya ditujukan bagi lingkup masyarakat menengah ke bawah. Karena faktor modal yang sedikit pula maka teknologi yang digunakan sangat sederhana, sehingga dibutuhkan lebih banyak pekerja dan upah yang diberikan pun tergolong rendah. Namun, meskipun upah yang diberikan tergolong rendah, tidak sebanyak gaji pada sektor formal, pendapatan masyarakat yang sekian tetap bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.



[1] “Analisis usaha Sektor Informal di Perkotaan” diakses dari http://www.lemlit.uhamka.ac.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=36&judul=analisis-usaha-sektor-informal-di-perkotaan.html pada 05 Desember 2014, pukul 15:09 WIB

0 komentar:

Posting Komentar