Pages


widget

Kamis, 26 Februari 2015

Dilecehkan Bos, Jurnalis Wanita Muda `Angkat Kaki`

          
Diduga mengalami pelecehan seksual yang dilakukan bosnya, seorang jurnalis wanita muda 'angkat kaki' dari tempatnya bekerja, majalah berita investigasi papan atas India. Jurnalis wanita itu akhirnya mengundurkan diri pada Senin 25 November waktu setempat.
Dikutip dari press Trust of Indian yang dimuat Liputan6.com, Selasa (26/11/2013), jurnalis wanita yang tidak disebutkan namanya itu mundur dari Majalah Tehelka agar terbebas dari segala bentuk tekanan semasa menjadi karyawan.
Wartawan yang berbasis di Mumbai memohon melalui publik, agar sang atasan menghentikan apa yang disebutnya intimidasi dan pelecehan. Korban juga mengatakan anggota keluarga atasannya itu telah mengunjungi ibunya di New Delhi, meminta agar melindungi diri darinya.
Si atasan, Tarun Tejpal, kini telah dimintai keterangan oleh polisi. Tak lama setelah korban mengklaim diserang secara seksual sebanyak 2 kali. Peristiwa itu diduga dilakukan di sebuah hotel di negara bagian Goa, selama konferensi yang diselenggarakan oleh majalah itu bulan lalu.
Tejpal rencananya akan menjalani sidang. Tejpal menyangkal tuduhan penyerangan dan menawarkan untuk bekerja sama dengan polisi yang akan dilakukan hari Selasa.
Tejpal kini telah mengajukan permohonan cuti selama 6 bulan untuk menghadapi kasusnya. Ironisnya, Tejpal yang berusia 50 tahun itu merupakan editor dan pendiri Tehelka. Dia juga dikenal kerap menyelidiki kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan ketidaksetaraan gender, serta korupsi dan pelanggaran hukum lainnya. (Tnt/Ism)
Diakses 3 Oktober 2014 pukul 15:30
Analisis Kasus
Menurut pandangan feminisme liberal, wanita dapat mengklaim kesetaraan dengan pria berdasarkan suatu kecakapan manusia yang hakiki untuk menjadi agensi moral yang bernalar, bahwa ketidaksetaraan gender adalah hasil dari pemolaan berdasarkan seksi pembagian kerja, dan bahwa kesetaraan gender dapat dihasilkan dengan mengubah pembagian kerja melalui pemolaan kembali lembaga-lembaga kunci seperti hukum, kerja, keluarga, pendidikan, dan media.[1]
            Sedangkan feminisme radikal melihat bahwa di dalam setiap lembaga di dalam susunan-susunan stratifikasi yang paling dasar seperti heteroseksualitas, kelas, kasta, ras, etnisitas, usia, dan gender__sistem-sistem dominasi dan subordinasi, struktur yang paling fundamental yang merupakan system patriarki. Patriarki bukan hanya secara historis merupakan struktur pertama system dominasi dan penundukkan, ia masih terus sebagai system ketidaksetaraan yang meresap dan langgeng, model dominasi sosial dasar.[2]
Melihat dari berita di atas, dapat di ketahui bahwa korban dalam kasus tersebut sadar akan pengsubordinasian perempuan dan berusaha untuk menghilangkan ketidakadilan gender, dengan bergerak dalam dua gerakan feminisme, yaitu liberal dan radikal.
Dikatakan gerakan feminisme liberal, ketika korban mulai bekerja di ranah publik dengan menjadi wartawan, bukan hanya di ranah domestic dan mengurusi segala pekerjaan yang berhubungan dengan rumah tangga. Dengan turunnya perempuan di ranah public tersebut perempuan mulai berfikir rasional bahwa ia bisa setara dengan laki-laki, ia bisa melakukan segala pekerjaan yang juga dilakukan laki-laki, baik dalam bidang pendiidkan, hukum, politik, dll, sehingga ia berhak mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki.
Seperti dalam berita tersebut, korban yang bekerja di ranah publik mengindikasikan bahwa kaum perempuan juga bisa bekerja di majalah berita investigasi papan atas yang ada di India, mungkin saja korban memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga ia bisa diterima bekerja di majalah berita terkenla di India. Perempuan juga bisa mendapatkan gaji yang besar seperti laki-laki, dan perempuan mampu menyuarakan pendapatnya tentang perlakuan yang tidak pantas dari bosnya. Melalui media, korban berani untuk memberitahukan kepada publik bahwa ia mendapatkan pelecehan seksual dan keluar dari pekerjaannya, tanpa takut bahwa ia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru. Ia berani berbicara di depan hukum tentang pelecehan seksual yang diterimanya.
Di sisi lain, tindakan yang dilakukan korban dapat dikatakan sebagai feminisme radikal ialah ketika ia mendapatkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh bosnya. Seperti yang kita ketahui bahwa feminisme radikal merupakam bentuk gerakan yang menentang pengobjekan tubuh perempuan. Kemudian korban melaporkan perbuatan bosnya tersebut ke public. Korban bekerja di ranah public, di kantor majalah berita yang dikuasai oleh kaum laki-laki Pelecehan seksual yang dilakukan oleh bos si korban merupakan bentuk penindasan atau kekerasan oleh system patriarki yang dilakukan oleh pria atau oleh organisasi-organisasi yang didominasi oleh laki-laki.
Korban pelecehan seksual tidak perduli dengan system hirearki yang ada di kantor majalah itu, bahwa pelaku pelecehan adalah seorang atasan sedangkan korban hanyalah seorang bawahan. Ia hanya menuntut keadilan atas perlakuan yang diterimanya dari atasannya.

Daftar Pustaka:
Ritzer, George, 2012, Teori Sosiologi Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta





[1] Ritzer, George, 2012, Teori Sosiologi Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, halaman 794-795
[2] Ritzer, George, 2012, Teori Sosiologi Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, halaman 805

0 komentar:

Posting Komentar