Diduga mengalami pelecehan seksual yang dilakukan bosnya,
seorang jurnalis wanita muda 'angkat kaki' dari tempatnya bekerja, majalah
berita investigasi papan atas India. Jurnalis wanita itu akhirnya mengundurkan
diri pada Senin 25 November waktu setempat.
Dikutip dari press Trust
of Indian yang dimuat Liputan6.com,
Selasa (26/11/2013), jurnalis wanita yang tidak disebutkan namanya itu mundur
dari Majalah Tehelka agar terbebas dari segala bentuk tekanan semasa menjadi
karyawan.
Wartawan yang berbasis di Mumbai memohon melalui publik,
agar sang atasan menghentikan apa yang disebutnya intimidasi dan pelecehan.
Korban juga mengatakan anggota keluarga atasannya itu telah mengunjungi ibunya
di New Delhi, meminta agar melindungi diri darinya.
Si atasan, Tarun Tejpal, kini telah dimintai keterangan oleh
polisi. Tak lama setelah korban mengklaim diserang secara seksual sebanyak 2
kali. Peristiwa itu diduga dilakukan di sebuah hotel di negara bagian Goa,
selama konferensi yang diselenggarakan oleh majalah itu bulan lalu.
Tejpal rencananya akan menjalani sidang. Tejpal menyangkal
tuduhan penyerangan dan menawarkan untuk bekerja sama dengan polisi yang akan
dilakukan hari Selasa.
Tejpal kini telah mengajukan permohonan cuti selama 6 bulan
untuk menghadapi kasusnya. Ironisnya, Tejpal yang berusia 50 tahun itu merupakan editor dan pendiri
Tehelka. Dia juga dikenal kerap menyelidiki kasus kekerasan seksual terhadap
perempuan dan ketidaksetaraan gender, serta korupsi dan pelanggaran hukum
lainnya. (Tnt/Ism)
Diakses
3 Oktober 2014 pukul 15:30
Analisis Kasus
Menurut
pandangan feminisme liberal, wanita dapat mengklaim kesetaraan dengan pria
berdasarkan suatu kecakapan manusia yang hakiki untuk menjadi agensi moral yang
bernalar, bahwa ketidaksetaraan
gender
adalah hasil dari pemolaan berdasarkan seksi pembagian kerja, dan bahwa
kesetaraan gender dapat dihasilkan dengan mengubah pembagian kerja melalui
pemolaan kembali lembaga-lembaga kunci
seperti hukum, kerja, keluarga, pendidikan, dan
media.[1]
Sedangkan feminisme radikal melihat
bahwa di dalam setiap lembaga di dalam susunan-susunan stratifikasi yang paling
dasar seperti heteroseksualitas,
kelas, kasta, ras, etnisitas, usia, dan gender__sistem-sistem dominasi dan
subordinasi, struktur yang paling fundamental yang merupakan system patriarki.
Patriarki bukan hanya secara historis merupakan struktur pertama system
dominasi dan penundukkan,
ia masih terus sebagai system ketidaksetaraan yang meresap dan langgeng, model
dominasi sosial dasar.[2]
Melihat
dari berita di atas, dapat di ketahui bahwa korban dalam kasus tersebut sadar
akan pengsubordinasian perempuan dan berusaha untuk menghilangkan ketidakadilan gender, dengan bergerak
dalam dua gerakan feminisme, yaitu liberal dan radikal.
Dikatakan gerakan feminisme liberal, ketika korban mulai
bekerja di ranah publik dengan menjadi wartawan, bukan hanya di ranah domestic
dan mengurusi segala pekerjaan yang
berhubungan dengan rumah tangga. Dengan turunnya
perempuan di ranah public tersebut
perempuan mulai berfikir rasional bahwa ia bisa setara dengan laki-laki, ia bisa melakukan segala pekerjaan yang juga
dilakukan laki-laki, baik dalam bidang pendiidkan, hukum, politik, dll,
sehingga ia berhak mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki.
Seperti dalam berita tersebut, korban yang bekerja di
ranah publik mengindikasikan bahwa kaum perempuan
juga bisa bekerja di majalah berita investigasi papan atas yang ada di India, mungkin saja korban memiliki pendidikan yang tinggi,
sehingga ia bisa diterima bekerja di majalah berita terkenla di India.
Perempuan juga bisa
mendapatkan gaji yang besar seperti laki-laki, dan perempuan mampu menyuarakan
pendapatnya tentang perlakuan yang tidak pantas dari bosnya. Melalui media,
korban berani untuk memberitahukan kepada publik bahwa ia mendapatkan pelecehan
seksual dan keluar dari pekerjaannya, tanpa
takut bahwa ia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru. Ia berani berbicara
di depan hukum tentang pelecehan seksual yang diterimanya.
Di
sisi lain, tindakan yang dilakukan korban
dapat dikatakan sebagai feminisme radikal ialah ketika
ia mendapatkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh bosnya. Seperti yang kita ketahui bahwa feminisme radikal
merupakam bentuk gerakan yang menentang pengobjekan tubuh perempuan. Kemudian korban melaporkan perbuatan bosnya tersebut ke public. Korban bekerja di ranah public, di kantor majalah
berita yang dikuasai oleh kaum laki-laki Pelecehan
seksual yang dilakukan oleh bos si korban merupakan bentuk penindasan atau
kekerasan oleh system patriarki yang dilakukan oleh pria atau oleh
organisasi-organisasi yang didominasi oleh laki-laki.
Korban pelecehan seksual tidak perduli dengan system
hirearki yang ada di kantor majalah itu, bahwa pelaku pelecehan adalah seorang
atasan sedangkan korban hanyalah seorang bawahan. Ia hanya menuntut keadilan
atas perlakuan yang diterimanya dari atasannya.
Daftar
Pustaka:
Ritzer, George, 2012, Teori
Sosiologi Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
http://news.liputan6.com/read/756663/dilecehkan-bos-jurnalis-wanita-muda-angkat-kaki Diakses 3 Oktober 2014
pukul 15:30
0 komentar:
Posting Komentar