Pages


widget

Kamis, 26 Februari 2015

Fertilitas dan Mortalitas

A.    Fertilitas
Provinsi

Presentase Kelahiran Bayi
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012 2
Aceh
3.98
4.88
-
6.36
9.03
9.38
8.77
11.45
10.50
11.59
Sumatera Utara
7.42
8.21
8.89
9.45
12.28
11.38
12.74
13.27
13.79
13.25
Sumatera Barat
9.31
9.95
10.31
11.39
14.20
17.03
17.29
17.35
19.92
19.26
Riau
10.70
9.94
10.46
10.16
14.58
15.62
15.67
15.61
16.91
17.65
Kepulauan Riau
-
-
24.30
6.14
32.48
27.78
21.46
36.05
35.61
40.29
Jambi
4.95
6.36
6.59
7.82
7.64
9.85
8.86
12.52
11.85
11.65
Sumatera Selatan
6.23
6.62
10.04
6.53
11.49
14.16
13.70
13.14
12.97
12.34
Kepulauan Bangka Belitung
2.91
6.65
9.61
4.88
12.45
11.90
15.86
16.76
16.97
14.54
Bengkulu
6.31
5.39
8.84
7.40
8.95
11.16
12.88
13.35
15.20
9.25
Lampung
3.49
6.22
6.27
21.05
8.15
9.46
8.88
8.93
11.33
8.19
DKI Jakarta
24.48
28.81
28.23
30.02
32.68
34.55
35.44
38.87
40.86
35.66
Jawa Barat
6.40
6.91
8.57
9.51
11.59
13.17
13.97
15.24
13.91
13.70
Banten
8.25
7.56
11.69
11.05
14.43
15.71
15.60
17.47
16.25
16.11
Jawa Tengah
8.59
10.58
10.85
28.48
14.91
17.02
15.53
18.35
17.83
19.94
DI Yogyakarta 1
20.27
27.89
25.15
10.82
32.22
33.20
36.86
39.34
40.59
36.94
Jawa Timur
10.63
11.41
12.63
10.13
16.08
16.27
18.84
20.31
18.95
18.96
Bali
26.43
24.69
31.61
32.04
31.01
32.66
37.70
40.30
41.48
40.96
Nusa Tenggara Barat
5.60
5.89
6.33
5.81
7.57
7.31
8.07
9.72
9.63
9.61
Nusa Tenggara Timur
5.20
4.78
4.87
4.79
5.71
7.13
6.98
9.37
9.69
10.61
Kalimantan Barat
6.41
3.94
5.30
5.26
8.26
7.30
6.70
7.11
7.99
9.62
Kalimantan Tengah
4.05
4.05
4.47
3.78
5.47
5.77
5.59
6.47
8.02
8.44
Kalimantan Selatan
7.65
7.44
8.57
7.84
9.31
11.11
12.48
13.13
11.01
12.98
Kalimantan Timur
9.54
13.41
14.38
17.46
17.37
18.12
20.75
21.93
24.96
22.10
Sulawesi Utara
23.26
27.11
26.03
22.71
26.79
29.12
31.40
31.68
35.21
27.13
Gorontalo
3.71
7.44
8.14
8.62
8.07
11.12
13.79
13.34
12.79
15.40
Sulawesi Tengah
8.28
7.23
9.43
8.88
9.45
10.09
8.60
11.91
13.34
13.20
Sulawesi Selatan
7.20
8.61
7.46
4.74
9.23
11.54
10.84
14.13
14.98
12.16
Sulawesi Barat
-
-
-
6.43
3.79
2.87
5.45
6.26
4.91
9.58
Sulawesi Tenggara
4.61
4.66
4.77
2.87
4.85
6.26
5.61
6.96
7.77
6.01
Maluku
5.08
9.48
8.25
6.93
7.98
8.04
7.39
7.42
7.80
11.24
Maluku Utara
3.57
5.22
5.03
5.55
9.43
10.16
9.16
9.53
9.30
9.27
Papua
6.83
11.11
12.68
7.04
10.74
9.28
12.31
10.34
11.75
11.59
Papua Barat
-
-
-
14.50
7.43
7.18
12.25
17.92
14.95
13.08
Indonesia
8.75
9.79
11.04
10.79
13.64
14.72
15.28
17.03
16.88
16.51
Menggunakan presentase kelahiran bayi yang ditolong oleh Dokter
Analisi Data
Factor yang menyebabkan tinggi rendahnya fertilitas dibagi menjadi dua yaitu factor demografi dan factor non demografi. Factor demografi diantaranya adalah: struktur umur, struktu perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan factor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat perbaikan, status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi.[1]
Untuk menganalisa Data di atas kita menggunakan urbanisasi sebagai sudut pandang atau tolak ukur. Urbanisasi pada dasarnya adalah perpindahan masyarakat pedesaan atau pedalaman ke daerah perkotaan untuk mendapatkkan pendapatan yang lebih tinggi dari pada biasanya yakni sebelum melakukan perpindahan dari daerah asal ke kota. Adapun akibat dari tingginya urbanisasi menyebabkan angka kelahiran yang tinggi di daerah urban, seperti  Jakarta, Bali, dan Yogyakarta, hal ini dikarenakan  masyarakat yang melakukan urbanisasi kebanyakan tinggal menetap. Bertambahnya jumlah penduduk di kota-kota yang menjadi pusat urban menjadikan bertambah pula angka bayi yang dilahirkan, disamping itu di kota-kota besar , fasilitas  kesehatan sangat lengkap dan kebanyakan orang tua yang tinggal di kota sudah sadar dan mengerti tentang pentingnya menjaga kesehatan, baik ibu maupun bayi.
Urbanisasi bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan tingginya angka kelahiran di suatu daerah, masih banyak faktor lain, seperti tidak efektifnya penerapan KB. Menurut Undang-undnag nomor 10 tahun 1992, tujuan program KB tidak hanya menurunkan jumlah anak yang dilahirkan, tetapi merupakan upaya utama untuk  ikut mewujudkan keluarga sejahtera.[2] Namun kebanyakan masyarakat tidak memperdulikan program KB, terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan, karena mereka berfikir bahwa anak banyak merupakan investasi ekonomi bagi mereka, karena nantinya anak-anak bisa membantu orang tuanya bekerja. 
B.     Mortalitas
Provinsi
Angka Kematian Bayi yang Ditolong Dokter
1971
1980
1990
1994
1997
2000
2002
2007
2010
2012
Aceh
143
93
58
58
46
40
-
25
28
47
Sumatera Utara
121
89
61
61
45
44
42
46
26
40
Sumatera Barat
152
121
74
68
66
53
48
47
30
27
Riau
146
110
65
72
60
48
43
37
23
24
Jambi
154
121
74
60
68
53
41
39
29
34
Sumatera Selatan
155
102
71
60
53
53
30
42
25
29
Bengkulu
167
111
69
74
72
53
53
46
28
29
Lampung
146
99
69
38
48
48
55
43
23
30
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
53
43
39
27
27
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
43
20
35
DKI Jakarta
129
82
40
30
26
25
35
28
14
22
Jawa Barat
167
134
90
89
61
57
44
39
26
30
Jawa Tengah
144
99
65
51
45
44
36
26
21
32
DI Yogyakarta
102
62
42
30
23
25
20
19
16
25
Jawa Timur
120
97
64
62
36
48
43
35
25
30
Banten
-
-
-
-
-
66
38
46
24
32
Bali
130
92
51
58
40
36
14
34
20
29
Nusa Tenggara Barat
221
189
145
110
111
89
74
72
48
57
Nusa Tenggara Timur
154
128
77
71
60
57
59
57
39
45
Kalimantan Barat
144
119
81
97
70
57
47
46
28
31
Kalimantan Tengah
129
100
58
16
55
48
40
30
23
49
Kalimantan Selatan
165
123
91
83
71
70
45
58
34
44
Kalimantan Timur
104
100
58
61
51
40
42
26
21
21
Sulawesi Utara
114
93
63
66
48
28
25
35
25
33
Sulawesi Tengah
150
130
92
87
95
66
52
60
45
58
Sulawesi Selatan
161
111
70
64
63
57
47
41
31
25
Sulawesi Tenggara
167
116
77
79
78
53
67
41
40
45
Gorontalo
-
-
-
-
-
57
77
52
56
67
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
na
74
48
60
Maluku
143
123
76
68
30
61
na
59
45
36
Maluku Utara
-
-
-
-
-
75
na
51
40
62
Papua Barat
-
-
-
-
-
na
36
28
74
Papua
86
105
80
61
65
57
na
41
19
54
INDONESIA
145
109
71
66
52
47
43
39
26
34

Analisis Data
Faktor yang menyebabkan kematian bayi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang disebabkan oleh factor-faktor yang dibawa anak sejak lahir. Sedangkan kematian bayi eksogen adalah kematian bayi yang disebabkan oleh factor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar[3].
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kematian bayi di Indonesia cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Rata-rata angka kematian tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat, sedangkan angka kematian terendah terjadi di Yogyakarta. Factor eksogen yang menyebabkan Nusa Tenggara Barat mengalami angka kematian tertinggi bisa disebabkan karena fasilitas kesehatan yang ada di NTB kurang memadai, kurangnya sosialisasi tentang imunisasi atau semacamnya, sehingga bayi atau balita mudah terserang penyakit. Kondidi rumah atau lingkungan yang tidak higienis, sanitasi dan sosial ekonomi juga bisa menjadi factor-faktor yang menyebabkan NTB menjadi provinsi yang paling tinggi angka kematiannya. Selain itu, kematian bayi bisa juga disebabkan karena adanya virus yang menyerang sang bayi atau balita karena kurangnya imunisasi atau yang lainnya sehingga menyebabkan kondisi fisik bayi atau balita yang cenderung rapuh, mudah terserang penyakit sehingga menyebabkan kematian.
Sedangkan D.I. Yogyakarta menjadi provinsi dengan tingkat kematian terendah karena kemungkinan orang tua sudah mulai sadar akan pentingnya tingkat kesehatan bayi. Di samping itu fasilitas kesehatan sudah sangat memadai. Berkurangnya jumlah kematian bayi di Indonesia dari tahun ke tahun bisa saja disebabkan karena adanya kesadaran dari sang ibu saat mengandung untuk menjaga proses kehamilannya dengan memberikan nutrisi dan gizi yang cukup bagi sang calon bayi sehingga mengurangi resiko kematian bayi ataupun balita.



[1] Mantra, Ida Bagus, Demografi Umum, 2013, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, halaman 167
[2] Mantra, Ida Bagus, Demografi Umum, 2013, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, halaman 150
[3] Mantra, Ida Bagus, Demografi Umum, 2013, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, halaman 105

0 komentar:

Posting Komentar