Pages


widget

Kamis, 11 September 2014

Analisis Film "Mata Tertutup"


            Film Mata Tertutup meceritakan tentang kehidupan beragama di Indonesia. Tokohnya antara lain Rima, Jabir dan Asimah yang massing-masing dari tokoh tersebut merupakan  korban dari gerakan radikalisme di Indonesia.
            Tokoh yang pertama adalah Rima. Rima merupakan seorang Mahasiswa Kedokteran. seorang gadis yang sedang gundah dalam pencarian identitas. Dalam kegamangannya, ia terlibat dalam NII. Dalam sebuah mobil, Rima mendapati matanya tertutup oleh bandana hitam, dan dipaksa menyebut syahadat serta sejumlah kalimat dogmatis berkali-kali. Konon, itulah langkah pertama untuk “hijrah” ke Indonesia baru. Dalam perjalanannya menjadi anggota NII, ia menjadi salah satu anggota yang yang menjadi kebanggaan Pemimpin NII, karena baru sebentar saja ia sudah bisa menjaring banyak orang untuk ikut bergabung dalam NII dan mendapatkan banyak uang untuk membangun Negara Islam Indonesia. Namun di tengah perjalanan ia menemukan banyak ketidak adilan, diantaranya ada larangan bahwa perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari NII.
            Tokoh yang ke dua bernama Jabir., ia baru saja dilepas dari pesantren karena sudah lama tak membayar iuran. Ia pun akhirnya pulang ke rumahnya dan menyambung hidup sebagai supir angkot bersama temannya. Ia kemudian bertemu dengan seorang penjual buku agama dan peci yang kemudian mengajaknya bergabung dalam suatu majlis keagamaan dan ternyata majlis tersebut merupakan sebuah kelompok jihad. Akhirnya Jabir bergabung dengan  kelompok jihad tersebut dengan harapan apa yang dilakukannya tersebut bisa membuat Ibunya masuk surge. Ia bergabung dengan kelompok tersebut karena terdorong oleh kondisi keluarga dan kesulitan ekonomi.
            Tokoh yang ke tiga adalah Asimah, seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya: Aini. Anaknya diduga menjadi menjadi korban penculikan orang-orang dari kelompok Islam Fundamentalis. Penculikan itu berlangsung ketika Asimah tengah berada pada proses perceraian. Asimah kian frustasi jadinya. Aini masuk NII dengan cara diculik dan didoktrinasi ala NII. Tetapi, ia akhirnya melarikan diri untuk kembali ke pangkuan Asimah—Ibu yang tidak kenal lelah mencari anaknya itu.
Dimensi Kajian Filsafat Ilmu
A.     Dimensi Ontologi
1.    Definisi Ontologi
Ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontology mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ?
2.    Objek Kajian Ontologi
a)  Metode dalam Ontologi
b)  Metafisika
c)  Asumsi
3.    Aliran-Aliran dalam Metafisika Ontologi
a)    Aliran Monoisme
b)    Aliran Dualisme
c)    Aliran Pliralisme
d)    Aliran Nikhilisme
e)    Aliran Agnotisisme
f)     Teologil
B.   Dimensi Epistemologi
1.    Pengertian Epistemologi
Epistemology adalah cabang filsafat yang membicarakan asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemology mempertanyakan bagaiman aproses yang memungkinkan ditimbangnya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaiman prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya ? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ? (Jujun S. Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35)
2.   Metode Epistemologi
a)     Metode Induktif
b)     Metode Deduktif
c)      Metode Positivisme
d)     Metode Kontemplatif
e)     Metode Dialektis
3.  Persyaratan Epistemologi
a)    Dasar pembenara, menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat kepastian sebesar mungkkin
b)    Semantik dan sistematis, masing-masing menunjuk pada susunan pengetahuan yang didasarkan pada pentelidikan ilmiah yang keterhubungannya merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi secara teratur.
c)    Sifat intersubjektif ilmu atau pengetahuan tidak dirasakan atas intuisi dan sifat subjektif orang seorang, namun harus ada kesepakatan dan pengakuan akan kadar kebenaran dari ilmu itu di dalam setiap bagian dan di dalam hubungan menyeluruh ilmu tersebut, sehingga tercapai intersubjektivitas.
C.   Dimensi Aksiologi
1.    Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan dengan teknik, procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau professional ? (Jujun S. Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35)
2.    Objek Aksiologi
Aksiologi memuat   pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu diperunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau professional ?
                              Dari beberapa teori diatas, kita dapat mengetahui dimensi kajian filsafat ilmu yang terkandung dalam Film Mata Tertutup, diantaranya adalah :
1.    Ontologi
Tokoh-tokoh dalam film tersebut terpengaruh oleh orang-orang yang tiba-tiba datang kemudian secara intensif berusaha mengarahkan mereka ke suatu sudut pandang tertentu yang berusaha menghadapkan mereka pada kekuatan lain di dunia ini. Mereka melakukan rekruitmen, kemudian nanti dilakukan indoktrinasi, kemudian paham keagamaannya menjadi paham keagamaan yang literal dank eras yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan islam, baik dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta beberapa Ulama’           
Paham Islam yang fundamentalis dalam film tersebut, seperti NII dan gerakan kelompok jihad bisa dibilang suatu fenomena yang tidak sesuai dengan syariat islam. Yang tidak bermoral yang melakukan pembayaran terhadap Tuhan dan urusan-urusan agama lainnya. Kita harus tegas untuk masalah ini, tapi juga pesan kritis harus kita lihat.            
2.    Epistemologi
Fenomena-fenomena ini muncul karena di Indonesia tidak ada ketidakadilan. Tokoh-tokoh dalam film tersebut merupakan korban dari ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Seperti Rima yang sedang mencari jati dirinya, yang merasakan ketidak adilan atas pemerintahan yang ada di Indonesia dan juga dimana kaum perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin seperti yang diinginkannya. Kemudian Jabir yang dalam keluarganya terdapat masalah ekonomi, hanya ibunya yang bekerja, sementara ayahnya pengangguran yang hanya bisa meminta uang yang digunakan untuk kepentingannya sendiri. Dan yang terakhir Asimah. Di tengah permasalahan keluarga yang dihadapinya, yaitu perceraian dan suaminya entah menghilang pergi kemana, Aini, puteri semata wayangnya juga menghilang yang diduga diculik oleh NII, sehingga membuatnya menjadi depresi.
Tokoh-tokoh dalam film tersebut terpengaruh oleh orang-orang yang tiba-tiba datang kemudian secara intensif berusaha mengarahkan mereka ke suatu sudut pandang tertentu yang berusaha menghadapkan mereka pada kekuatan lain di dunia ini. Mereka melakukan rekruitmen, kemudian nanti dilakukan indoktrinasi, kemudian paham keagamaannya menjadi paham keagamaan yang literal dank eras yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan islam, baik dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta beberapa Ulama’
3.    Aksiologi
Film Mata Tertutup memberikan gambaran kepada kita tentang kehidupan beragama dan kondisi pemerintahan yang dirasa tidak adil di Indonesia. Film ini juga mengajarkan kepada anak muda khususnya baik di sekolah, madrasah, pesantren, kampus, dan di lembaga-lembaga organisasi lainnya agar lebih waspada terhadap orang-orang yang tiba-tiba datang dan kemudian secara intensif berusaha mengarahkan kepada suatu sudut pandang lain.
Di sisi lain, seharusnya anak muda diharuskan untuk memperoleh pendidikan agama yang  lebih terbuka kepada sesame, bukan pendidikan agama yang beroriantasi kedalam. Fundamentalisme itu bisa ada dalam berbagai agama, bahkan tidak hanya agama. Anak muda diharapkan bisa menyikapinya dengan kritis, tidak ditakut-takuti, mencoba melihat itu secara seimbang, antara berbagai pendpat yang lain, kemudian dikaitkan dengan kondisi bangsa kita.
                              Sebetulnya secara manusiawi, secara sangat alamiah, keberagaman dan perbedaan itu adalah keindahan, kekayaan dan modal sosial untuk maju lebih sebagai komunitas berbangsa dan bernegara, sambil tetap memelihara jati diri dan identitas masing-masing. Kita beragama juga sebenarnya kita berbangsa, dan realitas bangsa kita sangat murah. Dari segi keagamaan sendiri, etnisitas, budaya dan banyak sisi lain.

Daftar Pustaka
Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.

Drs. Surajiyo, Filsafst Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar