Film Mata Tertutup meceritakan
tentang kehidupan beragama di Indonesia. Tokohnya antara lain Rima, Jabir dan
Asimah yang massing-masing dari tokoh tersebut merupakan korban dari
gerakan radikalisme di Indonesia.
Tokoh yang pertama adalah Rima. Rima
merupakan seorang Mahasiswa Kedokteran. seorang gadis yang sedang gundah dalam pencarian identitas.
Dalam kegamangannya, ia terlibat dalam NII. Dalam sebuah mobil, Rima mendapati matanya tertutup oleh
bandana hitam, dan dipaksa menyebut syahadat serta sejumlah kalimat dogmatis
berkali-kali. Konon, itulah langkah pertama untuk “hijrah” ke Indonesia baru.
Dalam perjalanannya menjadi anggota NII, ia menjadi salah satu anggota yang
yang menjadi kebanggaan Pemimpin NII, karena baru sebentar saja ia sudah bisa
menjaring banyak orang untuk ikut bergabung dalam NII dan mendapatkan banyak
uang untuk membangun Negara Islam Indonesia. Namun di tengah perjalanan ia
menemukan banyak ketidak adilan, diantaranya ada larangan bahwa perempuan tidak
diperbolehkan menjadi pemimpin. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari NII.
Tokoh
yang ke dua bernama Jabir., ia baru
saja dilepas dari pesantren karena sudah lama tak membayar iuran. Ia pun akhirnya
pulang ke rumahnya dan
menyambung hidup sebagai supir angkot bersama temannya. Ia kemudian
bertemu dengan seorang penjual buku agama dan peci yang kemudian mengajaknya
bergabung dalam suatu majlis keagamaan dan ternyata majlis tersebut merupakan
sebuah kelompok jihad. Akhirnya Jabir bergabung dengan kelompok jihad tersebut dengan harapan apa yang
dilakukannya tersebut bisa membuat Ibunya masuk surge. Ia bergabung dengan
kelompok tersebut
karena terdorong oleh kondisi keluarga dan kesulitan ekonomi.
Tokoh
yang ke tiga adalah Asimah, seorang
ibu yang kehilangan anak satu-satunya: Aini. Anaknya diduga menjadi menjadi korban
penculikan orang-orang dari kelompok Islam Fundamentalis. Penculikan itu
berlangsung ketika Asimah tengah berada pada proses perceraian. Asimah kian
frustasi jadinya. Aini
masuk NII dengan cara diculik dan didoktrinasi ala NII. Tetapi, ia akhirnya
melarikan diri untuk kembali ke pangkuan Asimah—Ibu yang tidak kenal lelah
mencari anaknya itu.
Dimensi
Kajian Filsafat Ilmu
A.
Dimensi Ontologi
1.
Definisi Ontologi
Ontologi
adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan
dengan ilmu, landasan ontology mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah
ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ? Bagaimana hubungan
antara objek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ?
2.
Objek Kajian Ontologi
a) Metode dalam
Ontologi
b) Metafisika
c) Asumsi
3.
Aliran-Aliran dalam Metafisika Ontologi
a)
Aliran Monoisme
b)
Aliran Dualisme
c)
Aliran Pliralisme
d)
Aliran Nikhilisme
e)
Aliran Agnotisisme
f)
Teologil
B.
Dimensi Epistemologi
1.
Pengertian Epistemologi
Epistemology
adalah cabang filsafat yang membicarakan asal muasal, sumber, metode, struktur,
dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan
epistemology mempertanyakan bagaiman aproses yang memungkinkan ditimbangnya
pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaiman prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran
itu sendiri ? Apakah kriterianya ? Cara atau teknik atau sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ? (Jujun S.
Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35)
2.
Metode Epistemologi
a) Metode
Induktif
b) Metode
Deduktif
c) Metode
Positivisme
d) Metode
Kontemplatif
e) Metode
Dialektis
3. Persyaratan
Epistemologi
a) Dasar
pembenara, menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan
derajat kepastian sebesar mungkkin
b) Semantik dan sistematis,
masing-masing menunjuk pada susunan pengetahuan yang didasarkan pada
pentelidikan ilmiah yang keterhubungannya merupakan suatu kebulatan melalui
komparasi dan generalisasi secara teratur.
c) Sifat
intersubjektif ilmu atau pengetahuan tidak dirasakan atas intuisi dan sifat
subjektif orang seorang, namun harus ada kesepakatan dan pengakuan akan kadar
kebenaran dari ilmu itu di dalam setiap bagian dan di dalam hubungan menyeluruh
ilmu tersebut, sehingga tercapai intersubjektivitas.
C. Dimensi
Aksiologi
1. Pengertian
Aksiologi
Aksiologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai
landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan dengan teknik, procedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
professional ? (Jujun S. Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35)
2. Objek
Aksiologi
Aksiologi
memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk
nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, nilai
keindahan (estetika). Aksiologi memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan
berikut. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu diperunakan ? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana
kaitan antara teknik procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral atau professional ?
Dari
beberapa teori diatas, kita dapat mengetahui dimensi kajian filsafat ilmu yang
terkandung dalam Film Mata Tertutup, diantaranya adalah :
1. Ontologi
Tokoh-tokoh
dalam film tersebut terpengaruh oleh orang-orang yang tiba-tiba datang kemudian
secara intensif berusaha mengarahkan mereka ke suatu sudut pandang tertentu
yang berusaha menghadapkan mereka pada kekuatan lain di dunia ini. Mereka
melakukan rekruitmen, kemudian nanti dilakukan indoktrinasi, kemudian paham
keagamaannya menjadi paham keagamaan yang literal dank eras yang tidak sesuai
dengan apa yang diajarkan islam, baik dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta
beberapa Ulama’
Paham Islam
yang fundamentalis dalam film tersebut, seperti NII dan gerakan kelompok jihad
bisa dibilang suatu fenomena yang tidak sesuai dengan syariat islam. Yang tidak
bermoral yang melakukan pembayaran terhadap Tuhan dan urusan-urusan agama
lainnya. Kita harus tegas untuk masalah ini, tapi juga pesan kritis harus kita
lihat.
2. Epistemologi
Fenomena-fenomena
ini muncul karena di Indonesia tidak ada ketidakadilan. Tokoh-tokoh dalam film
tersebut merupakan korban dari ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Seperti
Rima yang sedang mencari jati dirinya, yang merasakan ketidak adilan atas
pemerintahan yang ada di Indonesia dan juga dimana kaum perempuan tidak
diperbolehkan menjadi pemimpin seperti yang diinginkannya. Kemudian Jabir yang
dalam keluarganya terdapat masalah ekonomi, hanya ibunya yang bekerja,
sementara ayahnya pengangguran yang hanya bisa meminta uang yang digunakan
untuk kepentingannya sendiri. Dan yang terakhir Asimah. Di tengah permasalahan
keluarga yang dihadapinya, yaitu perceraian dan suaminya entah menghilang pergi
kemana, Aini, puteri semata wayangnya juga menghilang yang diduga diculik oleh
NII, sehingga membuatnya menjadi depresi.
Tokoh-tokoh
dalam film tersebut terpengaruh oleh orang-orang yang tiba-tiba datang kemudian
secara intensif berusaha mengarahkan mereka ke suatu sudut pandang tertentu
yang berusaha menghadapkan mereka pada kekuatan lain di dunia ini. Mereka
melakukan rekruitmen, kemudian nanti dilakukan indoktrinasi, kemudian paham
keagamaannya menjadi paham keagamaan yang literal dank eras yang tidak sesuai
dengan apa yang diajarkan islam, baik dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta
beberapa Ulama’
3. Aksiologi
Film Mata
Tertutup memberikan gambaran kepada kita tentang kehidupan beragama dan kondisi
pemerintahan yang dirasa tidak adil di Indonesia. Film ini juga mengajarkan
kepada anak muda khususnya baik di sekolah, madrasah, pesantren, kampus, dan di
lembaga-lembaga organisasi lainnya agar lebih waspada terhadap orang-orang yang
tiba-tiba datang dan kemudian secara intensif berusaha mengarahkan kepada suatu
sudut pandang lain.
Di sisi lain,
seharusnya anak muda diharuskan untuk memperoleh pendidikan agama yang lebih terbuka kepada sesame, bukan pendidikan
agama yang beroriantasi kedalam. Fundamentalisme itu bisa ada dalam berbagai
agama, bahkan tidak hanya agama. Anak muda diharapkan bisa menyikapinya dengan
kritis, tidak ditakut-takuti, mencoba melihat itu secara seimbang, antara
berbagai pendpat yang lain, kemudian dikaitkan dengan kondisi bangsa kita.
Sebetulnya secara
manusiawi, secara sangat alamiah, keberagaman dan perbedaan itu adalah
keindahan, kekayaan dan modal sosial untuk maju lebih sebagai komunitas
berbangsa dan bernegara, sambil tetap memelihara jati diri dan identitas
masing-masing. Kita beragama juga sebenarnya kita berbangsa, dan realitas
bangsa kita sangat murah. Dari segi keagamaan sendiri, etnisitas, budaya dan
banyak sisi lain.
Daftar Pustaka
Drs. A.
Susanto, M.Pd. Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis.
Drs. Surajiyo,
Filsafst Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar