Pages


widget

Kamis, 11 September 2014

The Presentation of Self In Everyday Life -Erving Goffman

          Menilai sebuah buku jangan hanya melihat dari covernya. Kalimat tersebut merupakan sebuah ungkapan untuk orang yang menilai orang lain hanya dari luarnya tanpa mencari tahu bagaimana kepribadiannya yang sebenarnya. Namun kalimat tersebut sesuai untuk menggambarkan sebagian masyarakat yang apabila ingin membeli atau membaca buku hanya melihatnya dari luarnya saja. Sampul  sebuah buku menggambarkan apa isi dari buku tersebut, tapi kadang-kadang sampul dan isi buku bertolak belakang.
                Sampul sebuah buku sangat mempengaruhi minat baca bagi pembaca, sampul dan judul yang menarik biasanya akan menarik lebih banyak pembaca. Tapi perlu digaris bawahi bahwa penilaian sebuah buku bukan hanya melulu pada judul dan sampulnya, tapi faktor terpentinhg dari sebuah buku adalah isi yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Isi buku yang menarik dan bermanfaat akan banyak dicari oleh para pembaca.
                Yang pertama kali saya pikirkan ketika melihat sampul buku The Presentation Of Self In Everyday Life karya Erving Goffman , yang ada dalam pikiran saya adalah buku tersebut pasti berisi tentang kajian-kajian sosiologi yang membicarakan tentang Stratifikasi Sosial dan Kesenjangan Sosial antara kaum bangsawan pada saat itu yang memiliki status sosial tinggi dengan rakyat jelata yang memiliki status sosial rendah, dan juga Interaksi Sosial yang terjadi diantara mereka untuk mencapai suatu tujuan.
                Dalam buku tersebut Nampak tiga orang wanita. Dua wanita dari kalangan bangsawan yang hendak menghadiri sebuah pesta dan seorang wanita biasa yang mungkin dari jalanan hanya berdiri sorang diri memperhatikan kedua wanita angsawan itu.
                Dalam sampul buku tersebut, terlihat sangat jelas kesenjanan sosial yang terjadi antara kaum bangsawan an rakyat jelata. Semua itu sangat terlihat pada cara berpakaian mereka. Kaum bangsawan dengan harta yang melimpah dan bisa membeli apapun yang mereka inginkan, mengenakan pakaian yang bagus, indah, glamor dan tentunya mahal. Sedangkat rakyat jelata dengan segala keterbatasan ekonomi mereka hanya memakai pakaian yang murah dan seadanya.
                Dalam sampul buku tersebut juga terlihat bahwa status sosial seseorang juga menentukan tempat dimana mereka bergaul. Di sana jelas terlihat bahwa kaum bangsawan akan menghadiri acara yang berkelas tinggi, sedangkan orang biasa hanya bisa melihatnya dan tentu saja petugas keamanan tidak akan mempersilahkan dia masuk. Ketika seseorang menghadiri jamuan formal, dia pasti berusaha untuk menyajikan dirinya sepositif mungkin.
                Status sosial suatu masyarakat juga mempengaruhi dengan siapa dia bergaul. Seperti terlihat dalam sampul buku tersebut, seseorang yang memiliki status sosial tinggi, mereka akan bergaul dengan orang yang memiliki status sosial sama, karena mereka mempunyai kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Biasanya interaksi yang terjadi adalah dalam hal ekonomi dan bisnis.
                Lalu bagaimana dengan seseorang yang memiliki status sosial yang berbeda ?. hubungan yang terjalin jika terdapat status sosial yang berbeda adalah apabila diantara mereka terjadi saling ketergantungan yang mengharuskan mereka untuk berinteraksi. Interaksi seperti itu pun tidak akan terjadi dengan benar, karena interaksi yang terjadi antara kaum bangsawan dengan rakyat jelata biasanya adalah interaksi antara buruh dan majikan yang hanya akan semakin memperlihatkan kesenjangan sosial diantara mereka. Biasanya kaum bangsawan akan bersikap sombong dan semenah-menah dalam interaksi tersebut. Sementara rakyat jelata akan merasa semakin tertindas.
                Begitulah pandangan saya mengenai sampul buku The Presentation Of Self In Everyday Life karya Erving Goffman. Namun setelah saya membaca dan mengamati isi dari buku tersebut, disana menemukan bahwa tidak selamanya sampul sebuah buku menggambarkan isi dari buku tersebut. Apa yang saya lihat dari luar dan dari dalam sangat bebeda.
                Erving Goffman dalam bukunya The Presentation Of Self In Everyday Life, menjelaskan tentang banyak hal mengenai kajian-kajian sosiologi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana seseorang mempresentasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari kepada orang lain. Seperti interaksi sosial yang dilakukan individu dalam kehidupannya, kinerja tim dan tempat dimana seseorang berada. Erving Goffman menjelaskan betapa pentingnya interaksi sosial yang dilakukan manusia dalam hidupnya, dimana interaksi merupakan salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. inti dari analisis Goffman adalah membicarakan tentang kinerja dan kehidupan yang tergambarkan seperti panggung teater. Erving Goffman menggambarkan kehidupan individu seperti dalam sebuah teater atau yang lebih dikenal dengan dramaturgi, dimana ada pemain teater sebagai individu dan ada daerah front stage dan back stage yang memegang peranan penting dalam kehidupan individu, pengaturan panggung yang menentukan setiap gerak aktor di atas panggung. Teater merupakan suatu pertunjukan di atas panggung dimana pemainnya memainkan karakter orang lain yang berbeda dengan dirinya yang asli. Karakter tersebut harus ia perankan sebaik mungkin agar muncul perasaan percaya pada diri penonton akan aktingnya. Pertunjukan teater ibarat kehidupan manusia, seorang pemain merupakan seperti individu pada umumnya. Ketika ia menjadi aktor teater, ia berperan di hadapan para penonton. Dan ketika ia kembali ke belakang panggung, ia kembali menjadi dirinya. Tapi individu tetaplah  memainkan peran selama masih ada orang di sekitarnya, sedekat apapun hubungan individu dengan orang lain, sekenal apapun mereka. Selama masih ada orang yang melihatnya, indvidu tersebut masih memainkan peran di front stage. Individu baru akan menjadi dirinya yang sebenarnya ketika ia benar-benar sendirian, ketika sudah tidak ada lagi orang di sekitarnya.
                Interaksi adalah hubungan timbal balik antarindividu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Interaksi hanya akan terjalin jika individu-individu yang berinteraksi memiliki tujuan yang ingin dicapai.Dalam penyelenggaraan teater, anggota yang satu dengan yang lain harus saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan atau keberhasilan. Keberhasilan adalah hal mutlak yang harus diperoleh ketika mengadakan suatu pertunjukan, tanpa adanya keberhasilan yang dicapia maka pertunjukan teater tersebut menjadi sia-sia belaka. Jika tidak ada interaksi maka tidak akan terjadi suatu keberhasilan yang diinginkan, sehingga pertunjukan teater tidak akan pernah terselenggarakan dengan baik. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, kita diharuskan untuk selalu berinteraksi kapanpun dan dimanapun kita berada, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Dalam interaksi, beberapa peserta bekerjasama bersama-sama sebagai sebuah tim, atau berada dalam posisi dimana mereka bergantung pada kerjasama ini dalam rangka mempertahankan sesuatu dari situasi. Ketika individu berada di tempat baru, ia sebisa mungkin harus berinteraksi di tempat itu dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam hal ini, penyesuaian diri sangatlah penting sebagai salah satu cara dalam berinteraksi. Penyesuaian diri dilakukan agar ketika individu berada dalam suatu tempat, ia benar-benar menjadi bagian dari tempat tersebut. Cara menyesuaikan diri yang paling mudah adalah dengan mengikuti segala kegiatan yang diselenggarakan. Selain dalam rangka untuk menyesuaikan diri, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut individu juga dapat berinteraksi satu sama lain untuk menambah lebih banyak teman. Dalam pribahasa dikenal dengan sambil menyelam minum air. 
                Dalam berinteraksi salah satu hal yang penting adalah kesopanan. Kesopanan individu dalam berinteraksi memberikan nilai positif dari orang lain kepada individu. Kesopanan yang dimaksud di sini adalah dalam hal berbicara dan bergaul. Individu yang berbicara dengan sopan dan baik akan lebih dihargai orang dan akan lebih mudah diterima di masyarakat. Masyarakat biasanya menilai kesopanan individu sebagai penentuan status sosial seseorang. Individu yang memiliki kesopanan digambarkan memilki status sosial yang tinggi, karena individu yang menjaga kesopan santunannya biasanya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebenarnya saling berhubungan antara status sosial dan pendidikan seseorang. Seseorang yang memiliki status pendidikan tinggi biasanya berada pada status sosial menengah keatas, itulah yang menyebabkan masyarakat lebih mudah menerimanya. Tingkat pendidikan seseorang juga menjadi penentu pandangan masyarakat terhadap individu. Namun terkadang yang menjadi rujukan masyarakat adalah gelar sarjana yang diperolah seseorang, bukan seberapa banyak ilmu yang didapat. Dewasa ini pendidikan hanya menjadi patokan atu tolak ukur ststus sosial di masyarakat. Contohnya, seorang anak yang kedua orang tuanya memiliki status sosial tinggi di masyarakat diharuskan menempuh pendidikan tinggi. Pendidikan bukan lagi dipandang sebagai kebutuhan, melainkan juga sebagai gengsi. Dalam hal pergaulan, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi bergaul dengan oarang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pula, karena biasanya apa yang mereka bicarakan mengenai topik yang sama dan bisa saling memahami, dari pada membicarakan sebuah topik dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan berbeda.
                Interaksi yang dilakukan pastinya memiliki banyak tujuan, diantaranya untuk kepentingan pribadi atau keuntungan. Keuntungan yang dimaksud di sini adalah keuntungan pribadi. Semisal ketika kita sendirian berada di suatu tempat yang asing dan tidak mengenal seseorang yang kita kenal, sementara kita berada dalam kesulitan,kita harus berinteraksi dengan orang lain untuk meminta bantuan atau contoh lainnya, semisal kita berada di suatu kota dan kita membutuhkan bantuan, lalu kita teringat memiliki seorang kenalan di kota tersebut, maka kita bisa meminta bantuannya. Contoh-contoh tersebut merupakan beberapa keuntungan apabila kita memiliki banyak teman sebab berinteraksi.Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, dia akan berusaha untuk mengontrol atau memandu kesan terhadap orang lain dengan mengubah atau memperbaiki penampilannya. Pada saat yang sama, individu yang berinteraksi akan mencoba untuk mendapatkan informasi tentang individu tersebut untuk membuktikan kebenaran dari presentasi yang disampaikan oleh individu. Individu biasanya menggambarkan fakta yang tidak jelas, sebab jika aktifitas individu menjadi jelas, maka ia harus memobilisasi aktifitasnya, sehingga akan mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan. Dalam hal ini kesan kesempurnaan sangat penting dalam banyak presentasi. Karena setiap individu pasti ingin terlihat baik di depan individu yang lain. Individu akan berusaha membuat dirinya terlihat sepositif mungkin dalam hal performance.
                Goffman menggunakan istilah Kinerja Tim, atau lebih singkatnya dikenal dengan “Tim” untuk menggambarkan individu yang bekerjasama dalam pementasan. Biasanya ada beberapa tim dalam suatu pementasan, yang bekerja dalam keahliannya masing-masing. Dalam sebuah pertunjukan teater, pasti terdapat pembagian tim. Dalam sebuah tim dibutuhkan kerjasama yang baik antartim dan saling berhubungan satu sama lain dengan ketergantungan dan ikatan timbal balik. Anggota tim yang satu dengan yang lain harus bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karena apabila tidak terjadi hubungan antara anggota tim maka akan terjadi misskomunikasi yang mengakibatkan kesalah pahaman. Namun untuk mencapai suatu tujuan atau keberhasilan, bukan hanya kerja sama yang dibutuhkan, tapi juga strategi dan trik. Strategi adalah langkah-langkah khusus yang dilakukan untuk mencapai suatu keberhasilan. Dalam kehidupan sehari-hari ketika individu mempresentasikan dirinya kepada orang lain, strategi diperlukan supaya orang lain bisa menangkap kesan yang ingin disampaikan individu baik itu bagian baiknya maupun bagian buruknya yang ingin diperlihatkan oleh individu. Dalam sebuah tim, jika ingin melakukan sesuatu maka harus dibicarakan bersama terlebih dahulu , tidak boleh memutuskan suatu hal hanya sepihak. Karena tim adalah bersama, kebersamaan sebuah tim adalah segalanya. Dan harus bersedia menerima masukan dari anggota tim yang lain. Kebersamaan tim juga harus terjaga agar terlihat kompak. Ketika dalam sebuah tim terjadi kesalah pahaman, maka harus segera di selesaikan agar masalah cepat terselesaikan. Jangan mencoba untuk mempermasalahkan masalah, tapi mencoba untuk menyelesaikan masalah.
                Orang-orang berpangkat tinggi cenderung beroperasi dalam tim kecil dan cenderung menghabiskan sebagian waktu mereka terlibat dalampertunjukan lisan, sedangkan kelompok kelas pekerja menghabiskan banyak hari-hari mereka di belkang panggung atau dalam pertunjukan tak terucapkan. Jadi tempat yang paling tinggi dalampiramida status, ukuran status sosial seseorang menentukan dimana dia berada. Semakin tinggi status sosialnya maka ia akan mendapatkan peran yang sangat penting di masyarakat. Namun,  Dengan kinerja yang baik, seseorang yang memiliki status sosial yang rendah juga bisa menaikkan status sosialnya dalam beberapa periode. Contohnya, seorang pegawai dalam sebuah perusahaan memiliki skill  dan kenerja yang sangat baik,maka bisa saja karena kinerja yang baiknya, atasannya menaikkan pangkatnya yang semula hanya pegawai biasa menjadi kepala bagian.
                Kembali lagi ke masalah teater. Ketika seseorang menjadi pemain teater, ia akan berperan sesuai dengan karakter yang didapatnya. Dalam sebuah teater, seorang pemain memiliki dua wilayah, yaitu back stage dan front stage. Front stage adalah ketika pemain atau aktor bermain di atas panggung, di hadapan para penonton. Ia memainkan karakternya sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh panggung. Pengaturan panggung menentukan segala hal yang harus dan tidak harus dilakukan pemain teater. Seorang pemain teater yang baik harus mentaati semua peraturan panggung demi tercapainya keberhasilan suatu pementasan. Seorang pemain harus mendapatkan kepercayaan terlebih dahulu dari penonton bahwa ia adalah benar-benar seperti karakter yang ia perankan, sehingga penonton bisa menangkap kesan yang ingin disampaikan oleh aktor. Karena kepercayaan adalah peran penting dalam performance. Jika aktor tidak bisa mendapatkankepercayaan dari penonton, maka apa yang diperankannya akan sia-sia, karena penonton tidak bisa melihat karakternya.implementasi penonton kepada pemain tergantung pada kepercayaan yang diberikan penonton kepada pemain teater. Untuk itu, seorang pemain harus mampu meyakinkan penonton. Jika penonton percaya dan yakin dengan permainan aktor dan ikut larut dalam pertunjukan, berarti aktor telah berhasil memainkan perannya dengan sangat baik. Performance yang baik akan mudah dalam mendapatkan kepercayaan dari penonton. Pemain cenderung menumbuhkan kesan bahwa kinerja mereka dan hubungan mereka dengan audience adalah sesuatu yang istimewa dan unik.Back stage adalah ketika aktor kembali ke belakang panggung. Ketika pemain kembali ke belakang panggung, mereka akan kembali menjadi diri mereka sendiri dengan segala kebiasaan mereka yang baik maupun yang buruk. Mereka akan menyingkirkan peran mereka atas identitas dalam masyarakat. Ketika pemain berada di belakang panggung, ia kembali menjadi dirinya semula. Tanpa akting, kostum, peraturan panggung dan tidak berusaha untuk mendapat kepercayaan lagi dari penonton. Ia benar-benar kembali menjadi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Backstage memainkan peran penting dalam proses ”Kerja Kontrol” dimana individu berusaha untuk menahan dirinya dari tuntutan ketentuan yang menyelingkupi mereka.
                Beginilah kira-kira yang ingin disampaikan oleh Erving Goffman. Ketika seorang individu ingin bertemu dengan orang lain, dia akan menyiapkan dirinya terlebih dahulu sedemikian rupa agar memberikan kesan yang ingin disampaikan individu tersebut kepada targetnya. Hal semacam ini dinamakan strategi. Di sini tiap individu bebas untuk berekspresi untuk menimbulkan kesan pandangan yang baik maupun yang buruk atas dirinya. Pemberian kesan yang baik dan sempurna akan menimbulkan implementasi dari orang lain sesuai dengan apa yang dia inginkan.
                Back stage dan fron stage banyak diilustrasikan dalam masyarakat kita. Ketika individu bertemu dengan orang lain ia akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, sepositif mungkin agar orang yang ditemuinya berimplementasi tehadap dirinya dan bisa menangkap apa yang ingin individu tersebut perlihatkan kepada orang yang ingin ditemuinya. Individu akan melakukan berbagai strategi dan cara sebelum bertemu dengan orang lain. Individu masih dikatakan berada pada wilayah front stage selama masih ada orang di sekitarnya, selama masih ada orang yang melihatnya, baik itu orang tuanya, keluarganya maupun teman dekatnya. Namun ketika ia sedang sendirian, ia benar-benar kembali menjadi dirinya, tidak ada lagi kepura-puraan yang ia mainkan.  Kinerja individu di wilayah depan dapat dilihat sebagai upaya untuk memberikan kesan bahwa aktivitasnya di wilayah tersebut mewujudkan standar tertentu. Individu menyadari betapa pentingnya penampilan fisik mereka, mereka mencoba untuk memberi kesan bahwa ketenangan mereka saat ini dan kemahiran adalah sesuatu yang mereka miliki.
                Contoh yang dapat kita ambil adalah seperti mahasiswa baru di sebuah universitas. Satu sama lain sama sekali belum saling mengenal. Maka tiap mahasiswa tersebut sebelum bertemu dengan mahasiswa lain, ia akan mempersiapkan dirinya terlebih dahlu agar orang yang ditemuinya bisa berimpresi seperti yang ia harapkan. Dan ketika ia sedang sendirian, misalnya di rumah atau di toilet ia akan menjadi biasa saja seperti dirinyayang asli. Itulah yang dinamakan back stage dan front stage. Selama ia masih bertemu dengan seseorang, misalnya keluarganya, ia masih berada dalam area front stage.

0 komentar:

Posting Komentar