Indonesia merupakan
negara multikultural. Yang dimaksud dengan negara multikultural adalah negara
yang memiliki banyak sekali keanekaragaman, baik dari segi suku, ras, agama,
adat-istiadat, bahasa, dll. Keanekaragaman tersebut memiliki sisi positif bagi
bangsa indonesia seperti saling melengkapi satu sama lain, dan menciptakan
keindahan dari keanekaragaman tersebut. Namun keanekaragaman tersebut juga bisa
juga memiliki sisi negatif jika tidak diimbangi dengan masyarakat yang bermoral
dan beretika dalam pergaulan sehari-hari, seperti menimbukan konflik dan
perpecahan. Karena masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang memiliki
keunikan dan ciri khas tersendiri dalam kelompoknya, dan keunikan dan ciri khas
tersebut menimbulkan ketidaksepahaman dengan kelompok lain sehingga menyebabkan
ketimpangan sosial, yang lazim disebut dengan konflik multikultural.
Sebelum mengkaji lebih dalam tentang konflik
multikultural yang terjadi di Indonesia, sebenarnya apa sih yang dinamakan
dengan konflik itu sendiri ?. Konflik adalah suatu keadaan dimana terjadi
pertentangan dan ketimpangan sosial dalam masyarakat karena ada
ketidaksepahaman dalam suatu masalah yang biasanya menimbulkan perpecahan dan
akhirnya berakibat pada kekerasan. Memang tidak selalu konflik menimbulkan
kekerasan, tetapi masyarakat yang kurang memahami etika dan moral biasanya
bersikap anarkis dan membuat kerusuhan dan kerusakan dimana-mana. Mungkin
kerusuhan tersebut dibuat untuk menunjukkan kelompok mana yang lebih kuat dan
untuk menakut-nakuti lawannya.
Adanya banyak hal yang bisa menyebabkan konflik,
diantaranya adalah perbedaan latar belakang kebudayaan dan kepentingan. Sebagai
umat manusia yang selalu membutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya
tentunya setiap individu memiliki keinginan untuk mendapatkan apa yang menjadi
kebutuhan mereka, apa yang mereka inginkan. Untuk mendapatkannya setiap
individu harus bersaing. Persaingan tidak hanya terjadi antara masyarakat yang
berbeda kelompok, bahkan sesama anggota kelompok pun terjadi persaingan. Jika
salah satu dari mereka yang bersaing merasa tidak puas dan merasa ada perlakuan
yang tidak adil, maka mereka akan melawan dan membawa kelompok mereka. Ini
disebut dengan solidaritas kelompok. Latar belakang kebudayaan menjadi faktor
yang menentukan bagaimana mereka menjalani konflik dan menyelesaikannya. Faktor
lain yang bisa menyebabkan konflik adalah adanya perasaan terasingkan dan
sentimen pada identitas, etnik, dan agama lain. Faktor tersebut muncul karena
adanya ketidakadilan atau ketidaksamarataan dalam berbagai hal. Seperti adanya
kebijakan pemerintah atau program khusus
yang dicanangkan untuk agama tertentu atau untuk etnis atau ras tertentu.
Banyak sekali contoh kasus konflik yang terjadi di dunia,
terutama di Indonesia sendiri. Salah satunya adalah konflik Sampit. Konflik
Sampit merupakan konflik yang terjadi antara Suku Dayak di Kalimantan dengan
Masyarakat Imigran dari Madura yang terjadi pada bulan Februari tahun 2001 dan
berlangsung sepanjang tahun. Konflik ini diduga bermula dari suku Dayak
Kalimantan yang merasa tidak puas dan tersaingi oleh Masyarakat Madura yang
berimigrasi ke Kalimantan. Sebenarnya konflik ini merupakan lanjutan dari
konflik sebelumnya yang pernah terjadi
pada tahun 1996. Konflik ini menimbulkan banyak korban jiwa dan banyak
sekali masyarakat sekitar kejadian yang kehilangan tempat tinggal akibat dari
kerusuhan yang mengakibatkan kerusakan dimana-mana. Kasus seperti Konflik
Sampit tersebut kemungkinan masih bisa berlanjut atau muncul di tempat lain
jika pemerintah dan masyarakat tidak mengambil langkah-langkah pencegahan.
Dari contoh kasus konflik Sampit di atas, kita dapat
memahami bahwa memang sebagian besar konflik yang terjadi di Indonesia
disebabkan oleh ketimpangan sosial menyangkut ketidakadilan, kesenjangan sosial
dalam etnisitas dan agama. Namun di samping itu kita harus melihat bagaimana
kondisi moral masyarakat yang berkonflik. Jika ditelaah lebih jauh sebenarnya
konflik dalam bentuk apa pun bisa diselesaikan dengan banyak cara. Seperti
mediasi, ajudifikasi, consiliasi, dll. Namun karena sifat masyarakat yang
terlalu fanatik dengan kelompok atau golongannya menjadikan mereka membela
kelompok atau golongannya dengan cara apa pun, bahnkan menempuh cara kekerasan
yang dampaknya tidak hanya merugikan mereka sendiri yang berkonflik, tapi
masyarakat lain yang tidak ikut campur tangan juga terkena dampaknya, seperti
kerusakan rumah dan fasilitas umum lainnya.
Lalu bagaimana cara kita menyelesaikan konflik agar tidak
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan berlanjut seperti Konflik Sampit ?
Seperti yang telah disebutkan ada banyak cara dalam meyelesaikan konflik.
Diantaranya adalah mediasi, ajudasi, konsiliasi, dll. Namun ada pepatah yang
mengatakan, Mencegah lebih baik daripada
mengobati. Maksudnya adalah sebaiknya sebelum terjadi konflik, kita harus
melakukan pencegahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan
dalam upaya untuk melakukan pencegahan terjadinya konflik. Pencegahan ini bisa
dilakukan oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah.
Kebijakan yang dapat ditempuh pemerintah adalah dengan
mencanangkan pendidikan khusus bagi generasi bangsa, yaitu pendidikan
multikultural dan pendidikan moral. Pendidikan multikultural diajarkan dengan
tujuan agar generasi muda bangsa memahami arti atau makna dari multikultural itu
sendiri, dan tidak menganggapnya sebagai persaingan untuk menunjukkan golongan
mana yang lebih unggul dari lainnya, melainkan untuk melihat sisi lain dari
keanekaragaman tersebut, yakni saling melengkapi satu sama lain sehingga
tercipta keindahan dan kerukunan dalam masyarakat. Sementara pendidikan moral
diperlukan untuk memberikan bekal bagi generasi muda agar apabila terjadi
konflik tidak dilakukan dengan anarkis yang akhirnya bukan hanya merugikan diri
sendiri dan pihak lain yang berkonflik, tapi juga masyarakat lain. Karena
tindakan anarkis dapat mengakibatkan keruakan fasilitas-fasilitas umum yang
diperuntukkan untuk seluruh masyarakat.
Sementara pencegahan terjadinya konflik yang bisa
dilakukan mulai dari diri kita sendiri adalah dengan belajar untuk mengenali
dan mengkaji lebih dalam mengenai kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Kita bisa melihat betapa kayanya Bangsa Indonesia akan keragaman
budaya yang sebenarnya menyimpan banyak sekali keindahan. Bukan melihatnya
sebagai suatu kompetisi untuk menunjukkan ras atau kelompok mana yang lebih
baik, karena strata kelompok atau golongan merupakan strata yang bersifat
horizontal. Tidak ada yang lebih baik dan yang lebih buruk, semuanya sama. Jika
masyarakat bisa melihat dari segi itu, alangkah damai dan indanya negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar