Pages


widget

Senin, 21 Juli 2014

Review Tetralogi Buruh Pramoedya Ananta Tour

Berawal dari ketertarikan karena karya-karyanya yang sering disebut dan menjadi bacaan yang direkomendasikan oleh beberapa dosen, akhirnya aku pun penasaran dan mulai mencari-cari tetralogi novel buruh karya sastrawan besar Pramoedya Ananta Tour. Akhirnya, karena terpengaruh dengan nama besar yang dimiliki Pram, aku memutuskan untuk membacanya.
Pertama kali aku berkenalan dengan sosok seorang Pramoedya lewat buku ketiganya yaitu Jejak Langkah, kemudian karena semakin tertarik dan penasaran dengan jalan ceritanya, maka aku pun mencari-cari buku pertama "Bumi Manusia", kedua "Anak Semua Bangsa", dan yang keempat "Rumah Kaca". Pertama kali melihat Jejak Langkah, aku merasa biasa saja, tidak tertarik malah, karena pada dasarnya aku bukan pencinta roman sejarah, melainkan pencinta novel fiksi dan metro pop.
Membaca tetralogi buruh seperti mempelajari sejarah dengan cara yang berbeda, mempelajari kisah Raden Mas Tirto Adi Suryo yang dalam tetralogi digambarkan sebagai tokoh bernama Minke.
Dalam buku pertama, Bumi Manusia diceritakan masa muda Minke ketika bertemu dengan keluarga Mellema kemudian menikah dengan Annelis Mellema, namun mereka harus dipisahkan secara paksa oleh hukum negeri Belanda yang tidak adil terhadap kaum pribumi.
Di buku kedua, Anak Semua Bangsa, terjadi pertentangan dalam diri Minke, dimana dia merupakan terpelajar pribumi yang terlalu mengidolakan Eropa beserta Revolusi Perancisnya, sehingga kehilangan jiwa nasionalisme. Kemudian memperoleh banyak dukungan dari sahabat-sahabatnya seperti Jean Marais dan Mirriam De La Croix untuk lebih mengenal dan mempelajari bangsanya.
Kemudian di buku ketiga, Jejak Langkah, mulai tumbuh dan semakin memuncak jiwa nasionalisme seorang Minke. Minke bersama pengikutnya mendirikan koran Medan Priyai, koran pertama berbahasa melayu dan organisasi Syarikat Dagang Islam. Dalam buku ini lebih dititik beratkan pada pengorganisasian yang dilakukan Minke. Kemudian ditutup dengan ditangkapnya Minke oleh pemerintahan Hindia-Belanda.
Dan yang terakhir adalah buku keempat yaiti Rumah Kaca. Dalam Rumah Kaca, bukan lagi tokoh Minke yang menjadi tokoh utama, melainkan Jacquess Pangemanan dengan dua n, seorang pribumi yang menjadi kaki tangan pemerintah Hindia-Belanda yang sangat mengidolakan Minke dan menganggap Minke sebagai gurunya, namun harus mau menjalankan tugas dari Pemerintah Hindia-Belanda untuk menangkap dan mengasingkan Minke demi pangkat dan kedudukan.
Itu tadi sedikit review mengenai tetralogi buruh. Aku sangat bersyukur bisa membaca roman sejarah ini, meskipun buku ini sempat dilarang untuk diedarkan. Bagaimana pun menurutku Pramoedya adalah sastrawan yang sangat hebat dan tidak ada yang bisa menandingi karya-karyanya.

0 komentar:

Posting Komentar