Menilai sebuah buku jangan hanya melihat dari
covernya. Kalimat tersebut merupakan sebuah ungkapan untuk orang yang menilai
orang lain hanya dari luarnya tanpa mencari tahu bagaimana kepribadiannya yang
sebenarnya. Namun kalimat tersebut sesuai untuk menggambarkan sebagian
masyarakat yang apabila ingin membeli atau membaca buku hanya melihatnya dari
luarnya saja. Sampul sebuah buku
menggambarkan apa isi dari buku tersebut, tapi kadang-kadang sampul dan isi
buku bertolak belakang.
Sampul
sebuah buku sangat mempengaruhi minat baca bagi pembaca, sampul dan judul yang
menarik biasanya akan menarik lebih banyak pembaca. Tapi perlu digaris bawahi
bahwa penilaian sebuah buku bukan hanya melulu pada judul dan sampulnya, tapi
faktor terpentinhg dari sebuah buku adalah isi yang ingin disampaikan oleh
penulis kepada pembaca. Isi buku yang menarik dan bermanfaat akan banyak dicari
oleh para pembaca.
Yang
pertama kali saya pikirkan ketika melihat sampul buku The Presentation Of Self In Everyday Life karya Erving Goffman , yang ada dalam pikiran
saya adalah buku tersebut pasti berisi tentang kajian-kajian sosiologi yang membicarakan
tentang Stratifikasi Sosial dan Kesenjangan Sosial antara kaum bangsawan pada
saat itu yang memiliki status sosial tinggi dengan rakyat jelata yang memiliki
status sosial rendah, dan juga Interaksi Sosial yang terjadi diantara mereka
untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam
buku tersebut Nampak tiga orang wanita. Dua wanita dari kalangan bangsawan yang
hendak menghadiri sebuah pesta dan seorang wanita biasa yang mungkin dari
jalanan hanya berdiri sorang diri memperhatikan kedua wanita angsawan itu.
Dalam
sampul buku tersebut, terlihat sangat jelas kesenjanan sosial yang terjadi
antara kaum bangsawan an rakyat jelata. Semua itu sangat terlihat pada cara
berpakaian mereka. Kaum bangsawan dengan harta yang melimpah dan bisa membeli
apapun yang mereka inginkan, mengenakan pakaian yang bagus, indah, glamor dan
tentunya mahal. Sedangkat rakyat jelata dengan segala keterbatasan ekonomi
mereka hanya memakai pakaian yang murah dan seadanya.
Dalam
sampul buku tersebut juga terlihat bahwa status sosial seseorang juga
menentukan tempat dimana mereka bergaul. Di sana jelas terlihat bahwa kaum
bangsawan akan menghadiri acara yang berkelas tinggi, sedangkan orang biasa
hanya bisa melihatnya dan tentu saja petugas keamanan tidak akan mempersilahkan
dia masuk. Ketika seseorang menghadiri jamuan formal, dia pasti berusaha untuk
menyajikan dirinya sepositif mungkin.
Status
sosial suatu masyarakat juga mempengaruhi dengan siapa dia bergaul. Seperti
terlihat dalam sampul buku tersebut, seseorang yang memiliki status sosial
tinggi, mereka akan bergaul dengan orang yang memiliki status sosial sama,
karena mereka mempunyai kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama.
Biasanya interaksi yang terjadi adalah dalam hal ekonomi dan bisnis.
Lalu
bagaimana dengan seseorang yang memiliki status sosial yang berbeda ?. hubungan
yang terjalin jika terdapat status sosial yang berbeda adalah apabila diantara
mereka terjadi saling ketergantungan yang mengharuskan mereka untuk
berinteraksi. Interaksi seperti itu pun tidak akan terjadi dengan benar, karena
interaksi yang terjadi antara kaum bangsawan dengan rakyat jelata biasanya
adalah interaksi antara buruh dan majikan yang hanya akan semakin
memperlihatkan kesenjangan sosial diantara mereka. Biasanya kaum bangsawan akan
bersikap sombong dan semenah-menah dalam interaksi tersebut. Sementara rakyat
jelata akan merasa semakin tertindas.
Begitulah
pandangan saya mengenai sampul buku The
Presentation Of Self In Everyday Life karya Erving Goffman. Namun setelah saya membaca dan mengamati isi dari
buku tersebut, disana menemukan bahwa tidak selamanya sampul sebuah buku
menggambarkan isi dari buku tersebut. Apa yang saya lihat dari luar dan dari
dalam sangat bebeda.
Erving
Goffman dalam bukunya The Presentation Of Self In Everyday Life, menjelaskan
tentang banyak hal mengenai kajian-kajian sosiologi yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana seseorang
mempresentasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari kepada orang lain. Seperti
interaksi sosial yang dilakukan individu dalam kehidupannya, kinerja tim dan
tempat dimana seseorang berada. Erving Goffman menjelaskan betapa pentingnya
interaksi sosial yang dilakukan manusia dalam hidupnya, dimana interaksi
merupakan salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. inti dari analisis
Goffman adalah membicarakan tentang kinerja dan kehidupan yang tergambarkan
seperti panggung teater. Erving Goffman menggambarkan kehidupan individu
seperti dalam sebuah teater atau yang lebih dikenal dengan dramaturgi, dimana
ada pemain teater sebagai individu dan ada daerah front stage dan back stage
yang memegang peranan penting dalam kehidupan individu, pengaturan panggung
yang menentukan setiap gerak aktor di atas panggung. Teater merupakan suatu
pertunjukan di atas panggung dimana pemainnya memainkan karakter orang lain
yang berbeda dengan dirinya yang asli. Karakter tersebut harus ia perankan
sebaik mungkin agar muncul perasaan percaya pada diri penonton akan aktingnya.
Pertunjukan teater ibarat kehidupan manusia, seorang pemain merupakan seperti
individu pada umumnya. Ketika ia menjadi aktor teater, ia berperan di hadapan
para penonton. Dan ketika ia kembali ke belakang panggung, ia kembali menjadi
dirinya. Tapi individu tetaplah
memainkan peran selama masih ada orang di sekitarnya, sedekat apapun
hubungan individu dengan orang lain, sekenal apapun mereka. Selama masih ada
orang yang melihatnya, indvidu tersebut masih memainkan peran di front stage.
Individu baru akan menjadi dirinya yang sebenarnya ketika ia benar-benar
sendirian, ketika sudah tidak ada lagi orang di sekitarnya.
Interaksi
adalah hubungan timbal balik antarindividu, individu dengan kelompok, dan antar
kelompok. Interaksi hanya akan terjalin jika individu-individu yang
berinteraksi memiliki tujuan yang ingin dicapai.Dalam penyelenggaraan teater,
anggota yang satu dengan yang lain harus saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan atau keberhasilan. Keberhasilan adalah hal mutlak yang harus
diperoleh ketika mengadakan suatu pertunjukan, tanpa adanya keberhasilan yang
dicapia maka pertunjukan teater tersebut menjadi sia-sia belaka. Jika tidak ada
interaksi maka tidak akan terjadi suatu keberhasilan yang diinginkan, sehingga
pertunjukan teater tidak akan pernah terselenggarakan dengan baik. Begitu juga
dalam kehidupan sehari-hari, kita diharuskan untuk selalu berinteraksi kapanpun
dan dimanapun kita berada, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain. Dalam interaksi, beberapa peserta bekerjasama
bersama-sama sebagai sebuah tim, atau berada dalam posisi dimana mereka
bergantung pada kerjasama ini dalam rangka mempertahankan sesuatu dari situasi.
Ketika individu berada di tempat baru, ia sebisa mungkin harus berinteraksi di
tempat itu dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam hal ini, penyesuaian
diri sangatlah penting sebagai salah satu cara dalam berinteraksi. Penyesuaian
diri dilakukan agar ketika individu berada dalam suatu tempat, ia benar-benar
menjadi bagian dari tempat tersebut. Cara menyesuaikan diri yang paling mudah
adalah dengan mengikuti segala kegiatan yang diselenggarakan. Selain dalam
rangka untuk menyesuaikan diri, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut
individu juga dapat berinteraksi satu sama lain untuk menambah lebih banyak
teman. Dalam pribahasa dikenal dengan sambil menyelam minum air.
Dalam
berinteraksi salah satu hal yang penting adalah kesopanan. Kesopanan individu
dalam berinteraksi memberikan nilai positif dari orang lain kepada individu.
Kesopanan yang dimaksud di sini adalah dalam hal berbicara dan bergaul.
Individu yang berbicara dengan sopan dan baik akan lebih dihargai orang dan
akan lebih mudah diterima di masyarakat. Masyarakat biasanya menilai kesopanan
individu sebagai penentuan status sosial seseorang. Individu yang memiliki
kesopanan digambarkan memilki status sosial yang tinggi, karena individu yang
menjaga kesopan santunannya biasanya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
Sebenarnya saling berhubungan antara status sosial dan pendidikan seseorang.
Seseorang yang memiliki status pendidikan tinggi biasanya berada pada status
sosial menengah keatas, itulah yang menyebabkan masyarakat lebih mudah
menerimanya. Tingkat pendidikan seseorang juga menjadi penentu pandangan
masyarakat terhadap individu. Namun terkadang yang menjadi rujukan masyarakat
adalah gelar sarjana yang diperolah seseorang, bukan seberapa banyak ilmu yang
didapat. Dewasa ini pendidikan hanya menjadi patokan atu tolak ukur ststus
sosial di masyarakat. Contohnya, seorang anak yang kedua orang tuanya memiliki
status sosial tinggi di masyarakat diharuskan menempuh pendidikan tinggi.
Pendidikan bukan lagi dipandang sebagai kebutuhan, melainkan juga sebagai
gengsi. Dalam hal pergaulan, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
bergaul dengan oarang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pula, karena
biasanya apa yang mereka bicarakan mengenai topik yang sama dan bisa saling
memahami, dari pada membicarakan sebuah topik dengan orang yang memiliki
tingkat pendidikan berbeda.
Interaksi
yang dilakukan pastinya memiliki banyak tujuan, diantaranya untuk kepentingan
pribadi atau keuntungan. Keuntungan yang dimaksud di sini adalah keuntungan
pribadi. Semisal ketika kita sendirian berada di suatu tempat yang asing dan
tidak mengenal seseorang yang kita kenal, sementara kita berada dalam
kesulitan,kita harus berinteraksi dengan orang lain untuk meminta bantuan atau
contoh lainnya, semisal kita berada di suatu kota dan kita membutuhkan bantuan,
lalu kita teringat memiliki seorang kenalan di kota tersebut, maka kita bisa
meminta bantuannya. Contoh-contoh tersebut merupakan beberapa keuntungan
apabila kita memiliki banyak teman sebab berinteraksi.Ketika seseorang
berinteraksi dengan orang lain, dia akan berusaha untuk mengontrol atau memandu
kesan terhadap orang lain dengan mengubah atau memperbaiki penampilannya. Pada
saat yang sama, individu yang berinteraksi akan mencoba untuk mendapatkan
informasi tentang individu tersebut untuk membuktikan kebenaran dari presentasi
yang disampaikan oleh individu. Individu biasanya menggambarkan fakta yang
tidak jelas, sebab jika aktifitas individu menjadi jelas, maka ia harus
memobilisasi aktifitasnya, sehingga akan mengungkapkan apa yang ingin ia
sampaikan. Dalam hal ini kesan kesempurnaan sangat penting dalam banyak
presentasi. Karena setiap individu pasti ingin terlihat baik di depan individu
yang lain. Individu akan berusaha membuat dirinya terlihat sepositif mungkin
dalam hal performance.
Goffman
menggunakan istilah Kinerja Tim, atau lebih singkatnya dikenal dengan “Tim”
untuk menggambarkan individu yang bekerjasama dalam pementasan. Biasanya ada
beberapa tim dalam suatu pementasan, yang bekerja dalam keahliannya
masing-masing. Dalam sebuah pertunjukan teater, pasti terdapat pembagian tim.
Dalam sebuah tim dibutuhkan kerjasama yang baik antartim dan saling berhubungan
satu sama lain dengan ketergantungan dan ikatan timbal balik. Anggota tim yang
satu dengan yang lain harus bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Karena apabila tidak terjadi hubungan antara anggota tim maka akan terjadi
misskomunikasi yang mengakibatkan kesalah pahaman. Namun untuk mencapai suatu
tujuan atau keberhasilan, bukan hanya kerja sama yang dibutuhkan, tapi juga
strategi dan trik. Strategi adalah langkah-langkah khusus yang dilakukan untuk
mencapai suatu keberhasilan. Dalam kehidupan sehari-hari ketika individu
mempresentasikan dirinya kepada orang lain, strategi diperlukan supaya orang lain
bisa menangkap kesan yang ingin disampaikan individu baik itu bagian baiknya
maupun bagian buruknya yang ingin diperlihatkan oleh individu. Dalam sebuah
tim, jika ingin melakukan sesuatu maka harus dibicarakan bersama terlebih
dahulu , tidak boleh memutuskan suatu hal hanya sepihak. Karena tim adalah
bersama, kebersamaan sebuah tim adalah segalanya. Dan harus bersedia menerima
masukan dari anggota tim yang lain. Kebersamaan tim juga harus terjaga agar
terlihat kompak. Ketika dalam sebuah tim terjadi kesalah pahaman, maka harus
segera di selesaikan agar masalah cepat terselesaikan. Jangan mencoba untuk
mempermasalahkan masalah, tapi mencoba untuk menyelesaikan masalah.
Orang-orang
berpangkat tinggi cenderung beroperasi dalam tim kecil dan cenderung
menghabiskan sebagian waktu mereka terlibat dalampertunjukan lisan, sedangkan
kelompok kelas pekerja menghabiskan banyak hari-hari mereka di belkang panggung
atau dalam pertunjukan tak terucapkan. Jadi tempat yang paling tinggi
dalampiramida status, ukuran status sosial seseorang menentukan dimana dia
berada. Semakin tinggi status sosialnya maka ia akan mendapatkan peran yang
sangat penting di masyarakat. Namun, Dengan kinerja yang baik, seseorang yang
memiliki status sosial yang rendah juga bisa menaikkan status sosialnya dalam beberapa
periode. Contohnya, seorang pegawai dalam sebuah perusahaan memiliki skill dan kenerja yang sangat baik,maka bisa saja
karena kinerja yang baiknya, atasannya menaikkan pangkatnya yang semula hanya
pegawai biasa menjadi kepala bagian.
Kembali
lagi ke masalah teater. Ketika seseorang menjadi pemain teater, ia akan
berperan sesuai dengan karakter yang didapatnya. Dalam sebuah teater, seorang
pemain memiliki dua wilayah, yaitu back stage dan front stage. Front stage
adalah ketika pemain atau aktor bermain di atas panggung, di hadapan para
penonton. Ia memainkan karakternya sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh
panggung. Pengaturan panggung menentukan segala hal yang harus dan tidak harus
dilakukan pemain teater. Seorang pemain teater yang baik harus mentaati semua
peraturan panggung demi tercapainya keberhasilan suatu pementasan. Seorang
pemain harus mendapatkan kepercayaan terlebih dahulu dari penonton bahwa ia
adalah benar-benar seperti karakter yang ia perankan, sehingga penonton bisa
menangkap kesan yang ingin disampaikan oleh aktor. Karena kepercayaan adalah
peran penting dalam performance. Jika aktor tidak bisa mendapatkankepercayaan
dari penonton, maka apa yang diperankannya akan sia-sia, karena penonton tidak
bisa melihat karakternya.implementasi penonton kepada pemain tergantung pada
kepercayaan yang diberikan penonton kepada pemain teater. Untuk itu, seorang
pemain harus mampu meyakinkan penonton. Jika penonton percaya dan yakin dengan
permainan aktor dan ikut larut dalam pertunjukan, berarti aktor telah berhasil
memainkan perannya dengan sangat baik. Performance yang baik akan mudah dalam
mendapatkan kepercayaan dari penonton. Pemain cenderung menumbuhkan kesan bahwa
kinerja mereka dan hubungan mereka dengan audience adalah sesuatu yang istimewa
dan unik.Back stage adalah ketika aktor kembali ke belakang panggung. Ketika
pemain kembali ke belakang panggung, mereka akan kembali menjadi diri mereka
sendiri dengan segala kebiasaan mereka yang baik maupun yang buruk. Mereka akan
menyingkirkan peran mereka atas identitas dalam masyarakat. Ketika pemain
berada di belakang panggung, ia kembali menjadi dirinya semula. Tanpa akting,
kostum, peraturan panggung dan tidak berusaha untuk mendapat kepercayaan lagi dari
penonton. Ia benar-benar kembali menjadi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Backstage memainkan peran penting dalam proses ”Kerja Kontrol” dimana individu
berusaha untuk menahan dirinya dari tuntutan ketentuan yang menyelingkupi
mereka.
Beginilah
kira-kira yang ingin disampaikan oleh Erving Goffman. Ketika seorang individu
ingin bertemu dengan orang lain, dia akan menyiapkan dirinya terlebih dahulu
sedemikian rupa agar memberikan kesan yang ingin disampaikan individu tersebut
kepada targetnya. Hal semacam ini dinamakan strategi. Di sini tiap individu
bebas untuk berekspresi untuk menimbulkan kesan pandangan yang baik maupun yang
buruk atas dirinya. Pemberian kesan yang baik dan sempurna akan menimbulkan
implementasi dari orang lain sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Back
stage dan fron stage banyak diilustrasikan dalam masyarakat kita. Ketika
individu bertemu dengan orang lain ia akan mempersiapkan dirinya sebaik
mungkin, sepositif mungkin agar orang yang ditemuinya berimplementasi tehadap
dirinya dan bisa menangkap apa yang ingin individu tersebut perlihatkan kepada
orang yang ingin ditemuinya. Individu akan melakukan berbagai strategi dan cara
sebelum bertemu dengan orang lain. Individu masih dikatakan berada pada wilayah
front stage selama masih ada orang di sekitarnya, selama masih ada orang yang
melihatnya, baik itu orang tuanya, keluarganya maupun teman dekatnya. Namun
ketika ia sedang sendirian, ia benar-benar kembali menjadi dirinya, tidak ada
lagi kepura-puraan yang ia mainkan.
Kinerja individu di wilayah depan dapat dilihat sebagai upaya untuk
memberikan kesan bahwa aktivitasnya di wilayah tersebut mewujudkan standar
tertentu. Individu menyadari betapa pentingnya penampilan fisik mereka, mereka
mencoba untuk memberi kesan bahwa ketenangan mereka saat ini dan kemahiran
adalah sesuatu yang mereka miliki.
Contoh
yang dapat kita ambil adalah seperti mahasiswa baru di sebuah universitas. Satu
sama lain sama sekali belum saling mengenal. Maka tiap mahasiswa tersebut
sebelum bertemu dengan mahasiswa lain, ia akan mempersiapkan dirinya terlebih
dahlu agar orang yang ditemuinya bisa berimpresi seperti yang ia harapkan. Dan
ketika ia sedang sendirian, misalnya di rumah atau di toilet ia akan menjadi
biasa saja seperti dirinyayang asli. Itulah yang dinamakan back stage dan front
stage. Selama ia masih bertemu dengan seseorang, misalnya keluarganya, ia masih
berada dalam area front stage.